Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OECD: Kenaikan Tarif Dagang Bisa Hambat Laju Investasi Global

Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini dan tahun depan.

Bisnis.com ,JAKARTA — Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini dan tahun depan.

Di dalam Interim Economic Outlook yang dirilis pada Kamis (20/9/2018), OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berada di level 3,7% pada tahun ini dan tahun depan, atau turun dari perkiraan pada Mei sebesar 4%.

OECD menjelaskan, perkiraan yang direvisi tersebut disebabkan oleh sejumlah ketidakpastian yang ada di depan, mulai dari risiko yang muncul akibat restriksi dagang hingga pengetatan kondisi keuangan di beberapa negara maju.

“Data ini menunjukkan prospek yang lebih lemah dari yang diperkirakan beberapa bulan lalu,” tulis OECD, seperti dikutip dari pernyataan, Kamis (20/92018).

Adapun risiko dari restriksi dagang telah menjadi semakin jelas belakangan ini. OECD mencatat, perdagangan barang-barang di tingkat global telah melambat dalam beberapa bulan terakhir.

“Singkatnya, harga mesin cuci untuk konsumen di AS telah melonjak sebesar 20% pada periode Maret—Juli pada tahun ini akibat pemberlakuan tarif,” tulis OECD.

Selain itu, OECD menambahkan, impor baja AS dari China juga turun tajam, begitu pula impor mobil dari AS ke China. 

OECD mengingatkan bahwa kenaikan tarif berarti pula kenaikan harga-harga bagi konsumen dan melambatkan laju investasi. Alhasil, pasar pekerja juga dapat terganggu dibuatnya dan selanjutnya dapat merusak produktivitas serta standar hidup masyarakat.

“Perlu diingat bahwa 13 juta lapangan pekerjaan di AS dan 8 juta lapangan pekerjaan di Jepang bergantung, langsung maupun tidak langsung, terhadap konsumsi asing,” tulis OECD.

Selain itu,OECD melihat kondisi rentan di emerging market akibat penguatan dolar AS dan kenaikan suku bunga AS juga turut membawa risiko terhadap pertumbuhan ekonomi global tahun ini dan tahun depan.

OECD mengingatkan bahwa negara-negara seperti Argentina dan Turki yang memiliki tingkat utang asing yang signifikan, keperluan pendanaan eksternal yang besar, dan inflasi domestik yang tinggi merupakan negara yang terancam kena dampak terbesar dari gejolak di pasar mata uang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper