Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Revisi Outlook Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Ini Tanggapan Menteri Keuangan Sri Mulyani

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai pemangkasan perkiraan ekonomi untuk Indonesia pada tahun ini oleh Dana Moneter Internasional (IMF) lebih disebabkan oleh risiko yang datang dari ekonomi global. 
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap melakukan wawancara khusus dengan sejumlah wartawan di area penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Zabur Karuru
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap melakukan wawancara khusus dengan sejumlah wartawan di area penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Zabur Karuru

Bisnis.com, NUSA DUA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai pemangkasan perkiraan ekonomi untuk Indonesia pada tahun ini oleh Dana Moneter Internasional (IMF) lebih disebabkan oleh risiko yang datang dari ekonomi global. 

Dia menjelaskan bahwa ekonomi dunia saat memasuki 2018 telah diikuti oleh risiko yang semakin lama semakin besar, atau. disebut downside-risk. 

"Ternyata IMF sesudah satu semester merevisi bahwa tahun 2018 itu risiko itu benar-benar terjadi. Tadinya mereka hanya mengatakan bahwa ada downside risk, tapi sekarang risiko itu terjadi dan mereka memangkas growth-nya dari 3,9% menjadi 3,7%," ujar Sri Mulyani, Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018).

Sri Mulyani melanjutkan untuk negara-negara berkembang pun terpengaruh dari revisi outlook ekonomi global tersebut, baik dari risiko perdagangan internasional, suku bunga yang makin mahal, maupun aksi jual.

Adapun untuk tahun depan, Sri Mulyani memperkirakan pada kuartal II/2018, perekonomian Indonesia dapat lebih stabil kendati risiko downside-nya semakin besar.

"Jadi, pasti semua negara akan terpengaruh dan Indonesia dalam hal ini juga tidak terkecuali," imbuhnya.

Adapun untuk tahun depan, Sri Mulyani masih yakin bahwa Indonesia masih dapat mencapai target 5,3% kendati risiko untuk pertumbuhan tersebut telah makin meningkat. 

"Kami masih menganggap bahwa risiko yang berasal dari The Fed masih sangat ada karena mereka menyampaikan akan tetap menaikkan suku bunga tahun depan. Kemudian perdagangan dunia masih sangat tidak pasti yang berarti ekspor kita menjadi sesuatu yang harus diperhatikan walaupun kita tetap memacu ekspor," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper