Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia (BI) tidak akan mengikuti pemerintah merevisi pertumbuhan ekonomi tahun ini seiring dengan gejolak nilai tukar yang terjadi saat ini.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan merevisi pertumbuhan ekonomi pada 2018 menjadi 5,14%, atau berada pada batas bawah perkiraan sebelumnya yaitu 5,14%-5,21%.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahun depan juga direvisi turun menjadi 5,12% dari sebelumnya 5,3%.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menegaskan bank sentral tetap memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dalam kisaran 5%-5,4% dengan titik tengah sekitar 5,1%-5,2%.
Tahun depan pun, dia menambah BI tidak mengubah proyeksinya atau tetap berada di kisaran 5,1%-5,5% dengan titik tengah sebesar 5,3%.
"Kami menyampaikan proyeksi yang realistis, untuk mid point kami sampaikan sekitar itu atau bukan exact point," tegas Dody kepada Bisnis, Rabu (12/10).
Sampai hari ini, Dody mengungkapkan BI masih melihat motor pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dan tahun depat akan tetap didorong oleh permintaan domestik, baik konsumsi dan investasi.
Dengan bobot konsumsi sekitar 54% dari total pertumbuhan, maka konsumsi swasta dapat tumbuh di atas 5% dan ini dapat menopang perekonomian yang tumbuh solid.
"Terlebih dengan investasi yang tumbuh baik, utamanya yang terkait infrastruktur pemerintah. Maka dapat menjaga pertumbuhan yang masih kuat," ujar Dody.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel