Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump kembali mengeluhkan kenaikan suku bunga AS yang dilakukan Federal Reserve. Pasalnya, kenaikan suku bunga itu dapat menguatkan dolar AS dan membuat harga ekspor dari negara mitra menjadi murah dan memperlebar defisit dagang dengan AS.
“Ancaman terbesar saya adalah The Fed. Saya menempatkan beberapa orang di sana dan saya tidak terlalu senang, tapi setidaknya saya senang dengan orang-orangnya,” kata Trump dalam wawancara di Fox Business Network.
Pekan lalu, Trump mengkritisi Bank Sentral AS tersebut sebanyak dua kali dengan menyebut bahwa kenaikan suku bunga telah mengancam kesehatan ekonomi Negeri Paman Sam.
Namun, fakta bahwa pasar pekerja AS sedang kuat dan inflasi bergerak sesuai keinginan bank sentral telah membuat The Fed yakin untuk menaikkan suku bunga secara gradual, dengan kenaikan terakhir pada tahun ini diperkirakan terjadi pada Desember.
Adapun Trump mengungkapkan bahwa dia tidak bermaksud “menendang” Jerome Powell yang ditunjuknya menjadi Gubernur The Fed menggantikan Janet Yellen.
“Saya boleh jujur? Saya tidak menyalahkan siapa pun. Saya menempatkan [Powell] di sana dan mungkin itu. benar dan mungkin juga salah. Tapi saya yang menempatkannya,” ujar Trump.
Adapun The Fed merupakan bank sentral yang membuat keputusan atas kebijakannya secara independen dan secara berkala melapor kepada Kongres AS.
Data terbaru sejak Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada September menunjukkan posisi ekonomi AS yang masih kuat dan bank sentral sepakat untuk melanjutkan siklus kenaikan suku bunga yang telah dimulai sejak akhir 2015.
Seorang Perwakilan asal Partai Republik Jeb Hensarling yang telah pensiun sebagai Chairman of the House of Representatives Financial Services Committe menilai bahwa Trump memang memiliki gayanya sendiri.
“Saya tidak merasa fakta bahwa [Trump] mengkritik The Fed secara publik dapat mengubah independensi [The Fed],” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel