Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Koreksi Pertumbuhan Pemerintah Akan Berdampak ke Berbagai Sektor

Koreksi ke bawah dari asumsi pertumbuhan ekonomi pemerintah akan mempengaruhi laju pertumbuhan semua sektor.
Foto aerial proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Koridor Velodrome-Kelapa Gading di Kelapa Gading, Jakarta, Selasa (16/1). Pembangunan infrastruktur LRT di kawasan itu terus dikebut dan diharapkan bisa beroperasi pada Agustus 2018 untuk menunjang perhelatan Asian Games 2018. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Foto aerial proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Koridor Velodrome-Kelapa Gading di Kelapa Gading, Jakarta, Selasa (16/1). Pembangunan infrastruktur LRT di kawasan itu terus dikebut dan diharapkan bisa beroperasi pada Agustus 2018 untuk menunjang perhelatan Asian Games 2018. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Koreksi ke bawah dari asumsi pertumbuhan ekonomi pemerintah akan mempengaruhi laju pertumbuhan semua sektor.

Ekonom dari Universitas Atmajaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan semua sektor penopang akan terpengaruh.

"Karena pertumbuhan ekonomi ini merupakan representasi pertumbuhan semua sektor yang ada," ujar Prasetyantoko, Rabu (17/10).

Tentu saja, koreksi tersebut akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Dia mengakui koreksi ini dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah yang melemah. 

Dia berharap pemerintah ke depannya dapat mampu mendorong ekspor. Bukan hanya sebagai penopang pertumbuhan, tetapi devisa hasil ekspor tersebut bisa digunakan untuk menopang cadangan devisa yang dibutuhkan untuk menghadapi gejolak nilai tukar. 

"Satu-satunya cara terbaik mendorong reserve itu adalah dengan meningkatkan ekspor. Oleh karena itu, harus ada usaha maksimal untuk mendorong ekspor," kata Prasetyantoko.

Dalam kondisi ketidakpastian, dia menyadari sulit untuk berpegangan terhadap investasi portofolio atau investasi asing langsung. 

Tetapi, dia mengungkapkan metode ini adalah termasuk solusi jangka menengah. Jika ingin cepat, pemerintah harus bisa membawa masuk DHE ke dalam negeri. 

Terkait dengan revisi nilai tukar, dia memaparkan apa yang dilakukan pemerintah adalah langkah yang tepat agar APBN 2019 lebih realistis. 

"Kalau realistis, meski rasio utang meningkat dan beban fiskal kita meningkat, tetapi di mata pasar kita dianggap lebih kredibel," ungkapnya.

Pemerintah merevisi asumsi kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam RUU APBN 2019 menjadi Rp15.000. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper