Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Tertekan Difisit Transaksi Berjalan

Pemerintah mengakui pertumbuhan ekonomi kuartal III/2018 masih akan tertekan oleh suku bunga dan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).
Defisit perdagangan dan ketentuan baru PPh impor./Bisnis-Radityo Eko
Defisit perdagangan dan ketentuan baru PPh impor./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah mengakui pertumbuhan ekonomi kuartal III/2018 masih akan tertekan oleh suku bunga dan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan meskipun perekonomian tengah dirundung berbagai tekanan dia berharap masih adanya momentum pertumbuhan.

"Kami masih mengharapkan momentumnya cukup ada, tetapi kami tahu dengan suku bunga yang meningkat maupun CAD, mungkin kita akan melihat tekanan itu terefleksikan," jelasnya seusai menjadi pembicara di Universitas Kristen Atma Jaya, Jakarta, Jumat (26/10/2018).

Bank Indonesia (BI) sampai dengan Oktober 2018 sudah menaikan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (7DRRR) menjadi 5,75 persen. Jika diakumulasi sejak awal tahun, BI telah menaikkan suku bunga sebanyak 5 kali sebesar 150 bps hingga bulan Oktober ini.

Sementara itu, berdasarkan data BI, CAD kuartal I/2018 sebesar 2,2% dari PDB. Sementara itu, Kuartal II/2018 defisit sebesar 3% dari PDB, sehingga secara kumulatif semester I/2018 sebesar 2,6% dari PDB. 

Lebih lanjut Sri Mulyani bercerita perekonomian saat ini berhadapan dengan berbagai tantangan baik dari global maupun domestik. Dia menyebutkan dampak dari pemulihan ekonomi pasca krisis 2008-2009 berupa penaikan suku bunga The Fed masih akan menekan perekonomian, sementara dampak perang dagang pun masih akan terus memberi tekanan.

Dia pun mengatakan terdapat tantangan pembangunan yang dihadapi oleh Indonesia yakni perkembangan teknologi, pengembangan sumber daya manusia (SDM), serta pembangunan infrastruktur.

Tantangan global mewujud sebagai suku bunga yang meningkat sementara tantangan pembangunan menjadi impor kebutuhan bahan baku, antara dan konsumsi yang tinggi. Dia bercerita tantangan ini pemerintah jawab menggunakan instrumen fiskal APBN dengan penuh kehati-hatian.

Pemerintah pun akan terus memperhatikan impor dan fokus untuk memperlambat pertumbuhan impor saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper