Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Perang Dagang dan Bencana Alam, Produksi Industri Jepang Anjlok

Produksi industri Jepang turun lebih dari yang diperkirakan pada September akibat serangkaian bencana alam dan perang dagang Amerika Serikat dan China. Kondisi ini mengaburkan prospek ekonomi negara itu.
Industri di Jepang./.Reuters
Industri di Jepang./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Produksi industri Jepang turun lebih dari yang diperkirakan pada September akibat serangkaian bencana alam dan perang dagang Amerika Serikat dan China. Kondisi ini mengaburkan prospek ekonomi negara itu.

Jepang mengekspor sejumlah besar suku cadang elektronik dan peralatan ke Chi7na, yang digunakan untuk membuat barang-barang yang ditujukan untuk Amerika Serikat. Akibat perselisihan kedua negara, pertumbuhan ekonomi Jepang terus melemah.

"Data dari kementerian perdagangan menunjukkan produksi turun sebesar 2,5% pada September, terhadap produksi mobil dan suku cadang mobil. Produksi robot dan mesin yang digunakan untuk membuat display panel datar juga turun 1,4%," tulis laporan yang dilansir Reuters, Rabu (31/10/2018).

Sementara itu, persediaan komponen elektronik, yang digunakan dalam ponsel pintar, melonjak 9,6% pada September. Angka ini menunjukkan persediaan komponen tersebut mengalami peningkatan tercepat dalam enam bulan.

Para ekonom menyampaikan keprihatinannya bahwa persediaan komponen elektronik yang tinggi merupakan pertanda permintaan yang lemah, yang dapat menyebabkan produsen barang tersebut untuk memangkas produksi masa depan.

Produsen yang disurvei oleh kementerian perdagangan mengharapkan output produksi naik 6,0% pada Oktober, namun turun 0,8 persen pada November.

Perkiraan ini diragukan setelah ekspor jatuh pada September untuk pertama kalinya sejak 2016 karena pengiriman ke Amerika Serikat dan China menurun. Jika terus terjadi, dikhawatirkan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga Jepang akan terganggu. Selain itu kondisi Jepang menjelaskan tentang dampak lain dari perang dagang China - AS.

Presiden AS Donald Trump telah lama mengancam akan mengenakan tarif atas semua produk impor dari China jika tuntutan AS tidak dipenuhi China. Saat ini produk impor AS dari China mencapai US$257 miliar. AS menuntut perubahan besar-besaran terhadap perdagangan China termasuk transfer teknologi, dan kebijakan subsidi industri.

Trump juga telah memberlakukan tarif senilai US$250 miliar barang-barang China. Sementara itu, China telah menanggapi tarif tersebut dengan pembalasan atas barang-barang AS senilai US$110 miliar.

Adapun Bank of Japan diminta untuk menjaga kebijakan moneter agar tetap stabil minggu depan dan mempertahankan pandangan optimisnya pada prospek ekonomi serta sebagai gesekan perdagangan global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper