Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Menguat, Pemerintah Diminta Tak Blunder

Pemerintah dinilai perlu memastikan tidak ada blunder kebijakan agar tren penguatan nilai tukar rupiah dapat berlanjut.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah dinilai perlu memastikan tidak ada blunder kebijakan  agar tren penguatan nilai tukar rupiah dapat berlanjut.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka di zona hijau dengan penguatan 21 poin atau 0,14% ke level Rp14.783 per dolar AS, Rabu (7/11/2018).

Direktur Penelitian Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menuturkan tren perbaikan nilai tukar ini perlu terus dijaga dan tidak melakukan kebijakan blunder.

"Yang perlu diantisipasi adalah jangan membuat kebijakan apapun terutama kebijakan ekonomi yang mempunyai dampak dan menjadi sentimen negatif pasar. Jangan membuat blunder lagi seperti pengumuman kenaikan harga BBM yang kemarin dinaikkan dan diturunkan. Itu menjadi sentimen negatif bagi pasar," ungkapnya di Jakarta, Rabu (7/11/2018).

Enny pun mengingatkan penguatan ini merupakan sentimen yang masih terbatas. Sebab, secara historis pergerakan rupiah dinilai sangat fluktuatif.

Menurutnya, yang menjadi faktor pendorong penguatan adalah kesuksesan Asian Games 2018, Annual Meetings IMF-World Bank Group 2018, serta rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III/2018 yang dinilai baik.

"Ada momen-momen itu yang cukup krusial termasuk Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI)," tutur Enny.

RDG BI terdekat akan digelar pada 14-15 November 2018.

Adapun tantangan domestik sampai akhir tahun ini adalah tekanan terhadap kewajiban membayar bunga dan cicilan utang maupun kebutuhan terhadap repatriasi devisa. Dari eksternal, rencana Fed Fund Rate (FFR) yang akan menaikan suku bunga acuan pada Desember 2018 menjadi faktor yang berpengaruh.

"Jadi, meskipun rupiah menguat saya yakin rupiah masih akan di kisaran asumsi pemerintah yakni Rp15.000 per dolar AS," lanjut Enny.

Dengan demikian, pemerintah dan BI diminta terus menjaga volatilitas rupiah agar berada pada level asumsi yang telah ditetapkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper