Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Yudha Bhakti Targetkan Laba Rp74,92 Miliar

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Yudha Bhakti Tbk. menargetkan perolehan laba sebelum pajak pada tahun ini mencapai Rp74,92 miliar, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada kuartal III/2018 yang telah mencapai Rp74,35 miliar.
Bank Yudha Bhakti. /bankyudhabhakti
Bank Yudha Bhakti. /bankyudhabhakti

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Yudha Bhakti Tbk. menargetkan perolehan laba sebelum pajak pada tahun ini mencapai Rp74,92 miliar, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada kuartal III/2018 yang telah mencapai Rp74,35 miliar.

Direktur Utama Bank Yudha Bhakti (BYB) Arifin Indra Sulistyanto mengatakan bahwa target pertumbuhan laba hingga akhir tahun yang tidak terlalu ekspansif dibandingkan dengan capaian sampai dengan kuartal III/2018. Pasalnya, perseroan menyiapkan alokasi dana pencadangan untuk mengantisipasi kredit bermasalah.

“Kalau dibandingkan dengan 2017, di sana ada pada Rp20,05 miliar, maka pertumbuhannya lebih dari 3 kali lipat,” ujarnya, Rabu (21/11/2018).

Adapun, dari sisi fungsi intermediasi, sampai dengan kuartal III/2018 Bank Yudha Bhakti menyalurkan kredit senilai Rp4,02 triliun, tumbuh 2,64% dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) turun 4,75% secara tahunan menjadi Rp3,9 triliun.

Arifin mengatakan bahwa penurunan DPK utamanya disebabkan oleh penurunan signifikan pada deposito. Penurunan tersebut, menurutnya, disebabkan oleh peningkatan suku bunga acuan yang telah mencapai 175 bps.

“Ada pencairan depostio yang besar, karena mereka [deposan] sensitif terhadap suku bunga, sehingga mereka mencari suku bunga yang lebih tinggi,” ujarnya.

Namun demikian, dia menjelaskan perseroan masih dapat memfasilitasi ekspansi kredit dengan sumber pendanaan di luar DPK seperti deposit on call maupun pinjaman antarbank. Selain itu, perseroan mengklaim masih memiliki dana yang mencukupi dari para deposan loyal BYB.

Kondisi tersebut mengerek rasio loan to funding (LFR) perseroan dari 94,57% pada akhir tahun lalu menjadi 101,91% pada September. Rasio tersebut ditargetkan akan sedikit menurun pada akhir tahun ini ke level 100,85% dengan penambahan DPK.

Arifin mengutarakan, estimasi pertumbuhan 2018 akan sedikit terkoreksi karena adanya potensi volume permintaan pasar yang belum sepenuhnya ditindaklanjuti sampai dengan akhir tahun ini. Terutama, dari sisi permintaah kredit sektor rumah tangga dan perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper