Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Beri Sinyal Dovish, Proyeksi Kenaikan FFR Tahun Depan Beragam

Gubernur Bank Sentral AS (Federal Reserve) memperbarui pandangannya bahwa suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) telah berada ‘sedikit di bawah’ estimasi level suku bunga netral.
Jerome Powell/
Jerome Powell/

Bisnis.com, JAKARTA—Gubernur Bank Sentral AS (Federal Reserve) memperbarui pandangannya bahwa suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) telah berada ‘sedikit di bawah’ estimasi level suku bunga netral.

Pernyataan itu terdengar lebih halus atau dovish ketimbang komentarnya dalam pidato pada bulan lalu yang menyampaikan bahwa suku bunga masih jauh dari level normalnya. Hal itu pun menimbulkan spekulasi di pasar bahwa The Fed berpeluang menahan laju kenaikan suku bunga pada tahun depan.

“[Suku bunga] hanya sedikit di bawah level estimasi netral untuk perekonomian, yakni tidak akan mempercepat maupun memperlambat pertumbuhan,” ujar Powell, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (29/11).

Saham-saham Wall Street langsung reli dalam merespons pidato Powell di Economic Club, New York, AS, tersebut.  Saham-saham utama di AS menguat ke level tertingginya sejak April, Indeks S&P 500 naik 2,3% di New York dan indeks Dow Jones Industrial Average menguat lebih dari 600 poin.

Selain itu, yield Treasury bertenor 2 tahun melemah hingga 2,79%, dari 2,84% sebelum Powell menyampaikan pidatonya. Sementara itu, Indeks Dollar AS di pasar spot melemah.

Adapun, jika suku bunga telah mendekati level netral, artinya The Fed dapat bergerak lebih sedikit dan tidak terlalu agresif seperti yang diperkirakan pada FOMC September.

Eurodollar Futures pun bereaksi merespons komentar Powell, yang mencerminkan ekspektasi bahwa The Fed berpeluang hanya akan mengerek suku bunga sebanyak satu kali pada tahun depan.

Sementara itu, pandangan Powell terhadap perekonomian dan kebijakan moneter tetap membuat pasar tidak mengubah ekspektasi untuk kenaikan suku bunga pada Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Desember. Saat ini, suku bunga AS telah berada di kisaran 2,00%—2,25%.

Namun demikian, Powell tidak memberikan petunjuk yang jelas mengenai seberapa banyak kenaikan suku bunga yang akan dilakukan The Fed pada tahun depan. Dia kembali mengulang bahwa kebijakan The Fed akan responsif terhadap segala data ekonomi yang akan datang.

“Kami menyadari dampak dari kenaikan suku bunga terhadap perekonomian masih tidak pasti, dan mungkin butuh waktu setahun untuk benar-benar mengetahuinya,” ujar Powell.

Dia menambahkan, proyeksi dari partisipan FOMC didasari oleh penilaian terbaik untuk outlook ekonomi dan bukan berarti jalur tersebut merupakan penilaian yang absolut.

“Kami menyadari beberapa hal terjadi sedikit berbeda dari perkiraan yang telah dibuat dengan sangat berhati-hati,” imbuhnya.

Sepanjang tahun ini, The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali. Akan tetapi, tanda-tanda perlambatan di luar negeri dan volatilitas pasar yang terjadi hampir 2 bulan telah membawa awan kelam bagi gambaran ekonomi AS yang sedang menguat.

Performa ekonomi AS saat ini memang sangat baik ditopang oleh tingkat pengangguran yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang melewati tingkat potensialnya. Tetapi di luar AS, pertumbuhan di negara maju, seperti Zona Euro dan Jepang, mulai melambat.

“Mitra FOMC dan saya, begitu juga ekonom dari sektor swasta, memperkirakan pertumbuhan [ekonomi AS] ke depan masih solid, pengangguran rendah, dan inflasi dekat dengan target 2%,” ujar Powell.

Namun demikian, sebelum Powell berpidato, sebenarnya skeptisisme telah muncul di antara para investor mengenai kemampuan The Fed menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali lagi pada tahun depan. Saat ini, suara ekonom menjadi beragam mengenai perkiraan laju kenaikan suku bunga setelah Desember.

Ekonom di Goldman Sachs Group Inc. dan JPMorgan Chase&Co memperkirakan kenaikan suku bunga pada tahun depan sebanyak 4 kali, sementara itu Morgan Stanley dan Citigroup Inc. memperkirakan hanya ada 2 kali kenaikan.

“[Powell] memberikan apa yang diinginkan oleh pasar, dan Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya menyebut laju kenaikan suku bunga terlalu agresif dan kini terbuka untuk memperlambat kenaikan,” kata Oliver Pursche, Vice Chairman dan Chief Market Strategist di Bruderman Asset Management di New York, seperti dikutip Reuters. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper