Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Harga Komoditas Ancam Rupiah

Proyeksi harga komoditas yang cenderung menurun pada tahun depan, dapat menghambat upaya perbaikan defisit transaksi berjalan pemerintah dan membebani nilai tukar rupiah. 
Memantau harga komoditas/JIBI
Memantau harga komoditas/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA -Proyeksi harga komoditas yang cenderung menurun pada tahun depan, dapat menghambat upaya perbaikan defisit transaksi berjalan pemerintah dan membebani nilai tukar rupiah. 

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengungkapkan kekhawatirannya terhadap penurunan harga yang persisten untuk komoditas andalan Indonesia, karet dan minyak sawit. 

Kedua komoditas ini menyumbang 18% dari total keseluruhan ekspor Indonesia. "Pertemuan kami dengan pemangku kepentingan di sektor minyak sawit mengungkapkan adanya prospek tambahan permintaan dari China, tetapi ini mungkin tidak cukup untuk mengimbangi penurunan harga minyak sawit lebih lanjut," tegas Satria, Kamis (6/12).

Penurunan harga disebabkan oleh adanya potensi kelebihan pasokan dari produksi minyak sawit Indonesia dalam beberapa tahun mendatang. Selain itu, harga batu bara dan tembaga telah melewati puncak kenaikan harga pada kuartal ketiga tahun ini sehingga harga komoditas tersebut mulai mengalami penurunan saat ini. 

Besarnya kontribusi terhadap ekspor Indonesia dari empat komoditas tersebut, terutama batu bara yang mengalami peningkatan harga, telah menopang pertumbuhan nilai ekspor Indonesia dalam delapan bulan pertama tahun ini. 

Akibat dari potensi pelemahan harga komoditas ini, Satria melihat ruang penguatan rupiah akan terbatas. Bahkan, akselerasi pertumbuhan ekonomi mungkin terbatas. 

Sementara itu, Moody's memperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh dalam kisaran 4,8% pada 2019 dan 4,7% pada 2020.

Vice President Sovereign Risk Group Moody's Singapura Anushka Shah menuturkan pertumbuhan yang lebih rendah ini disebabkan oleh dampak lanjutan dari kebijakan proteksionisme yang dilakukan sejumlah negara. 

"Ini akan berdampak pada harga komoditas. Jika ada penurunan harga komoditas di Indonesia, tentu saja semua komoditas Indonesia tidak akan mampu mendorong pertumbuhan ekspor yang kuat," ungkap Anushka. 

Secara umum, dia menuturkan Moody's melihat adanya perlambatan performa ekspor Indonesia. Selain itu, Moody's mendeteksi adanya penurunan investasi di dalam negeri akibat kondisi ketatnya likuiditas di pasar global. Namun, Anushka mengungkapkan konsumsi dalam negeri tidak akan terpapar efek pengetatan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia. 

"Namun, konsumsi tetap tidak akan sekuat sebelumnya," ujarnya. Untungnya, dia menilai pemerintah cukup menyadari kondisi ini dan berupaya menjalankan kebijakan yang lebih mendukung pertumbuhan. Lebih lanjut, pemilihan umum pada tahun depan diperkirakan akan menopang tingkat konsumsi rumah tangga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper