Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Suku Bunga Diyakini tak Berampak Signifikan bagi Properti

Tren kenaikan suku bunga acuan dalam negeri yang diperkirakan masih berlanjut hingga tahun depan tidak akan berdampak signifikan kepada sektor properti.
Kronologi kebijakan suku bunga Bank Indonesia 208./Bisnis-Radityo Eko
Kronologi kebijakan suku bunga Bank Indonesia 208./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA – Tren kenaikan suku bunga acuan dalam negeri yang diperkirakan masih berlanjut hingga tahun depan tidak akan berdampak signifikan kepada sektor properti.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual mengungkapkan sebenarnya semua sektor akan terdampak dengan adanya kenaikan suku bunga. Namun, sektor yang memiliki dampak langsung adalah properti.

"Tidak semua segmen properti [yang terdampak kenaikan suku bunga]. Hanya yang pembeliannya terkait investasi," ungkap David, Minggu (9/12). 

Sementara itu, segmen properti seperti rumah tinggal dan apartemen untuk kelompok masyarakat berpenghasilan menegah ke bawah akan tetap diminati. Hal tersebut didasari oleh masih cukup besarnya backlog perumahan di dalam negeri, yakni 13 juta rumah. 

Dengan demikian, pembelian properti yang sifatnya konsumsi masih akan tetap tumbuh dengan baik. Umumnya, David melihat pembelian properti dengan tujuan konsumsi tidak sensitif terhadap suku bunga. 

Adapun, pembelian properti dengan tujuan investasi akan cenderung 'wait and see' pada tahun depan. Namun, dia yakin kondisi tersebut akan berangsur hilang. Pasalnya, kondisi pasar properti di dalam negeri masih cenderung sehat dibandingkan pasar di China. Sekitar 24% rumah yang dibangun China kosong, tanpa pemilik, sehingga pemerintahnya harus memberikan insentif. 

Direktur Riset CORE Indonesia Piter R. Abdullah mengungkapkan sektor properti memang akan terpengaruh dengan kenaikan suku bunga. Namun, dia melihat kenaikan suku bunga BI belum terlalu tinggi sehingga pengaruh kepada penyaluran kredit belum signifikan, termasuk di sektor properti. 

"Penyaluran kredit masih lebih dominan dipengaruhi oleh permintaan yang ditentukan oleh ekspektasi dan kondisi makro termasuk diantaranya harga komoditas dan pertumbuhan ekonomi," ujar Piter. 

Kendati demikian, dia mengkhawatirkan kemampuan kelompok masyarakat menegah bawah dalam membeli rumah. Menurutnya, kelompok ini akan menahan pembelian sehingga berpengaruh kepada permintaan kredit properti. 

Oleh karena itu, BI memang harus melonggarkan kebijakan makroprudensialnya melalui instrumen LTV (loan to value). "Kalau tidak perbankan kita akan semakin sulit. Demand yang rendah dan likuditas yang sempit," tegas Piter. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper