SURABAYA: Laju pertumbuhan kredit konsumsi bank perkreditan rakyat di Jatim terus melesat yakni mencapai 33,47% per Februari 2012 sehingga dikhawatirkan akan menggerus kinerja pembiayaan modal kerja bank itu kepada usaha kecil dan menengah.Pasalnya tidak sedikit usaha kecil dan menengah (UKM) apalagi yang masih kategori usaha mikro mengandalkan tambahan permodalan dari BPR.Selain karena kedekatan lokasi, menurut Ketua Forum Daerah UKM Jatim Nur Cahyadi, persyaratan pengajuan kredit kepada BPR dinilai relatif mudah. Sementara berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) Surabaya pertumbuhan kredit konsumsi BPR di Jatim semakin melesat dibandingkan kredit untuk modal kerja (KMK)Bahkan per Februari 2012 kenaikan kucuran kredit tersebut mencapai 33,47% dibandingkan penyaluran pada periode yang sama 2011 sebesar Rp1,19 triliun.Total outstanding kredit konsumsi ini mencapai Rp1,59 triliun atau menduduki posisi kedua setelah kredit modal kerja (KMK) yang mencapai Rp3,27 triliunNamun penyaluram KMK BPR di Jatim pada Februari tahun ini hanya tumbuh 13,64% dibandingkan periode yang sama 2011 sebesar Rp2,88 triliun. Kredit tersebut memberikan kontribusi sebesar 65,14% dari total outstanding penyaluran pembiyaan BPR senilai Rp5,03 triliun per Februari 2012. Menurut Nur Jika kondisi tersebut terus berlangsung yakni kredit konsumsi semakin membesar bukan tidak mungkin akan mengurangi porsi KMK. "Apalagi dari segi bisnis perkembangan kredit konsumsi ini semakin menggiurkan bukan hanya pada BPR tetapi juga perbankan secara umum," ujarnya dihubungi Bisnis hari ini. Sebaliknya data BI juga menunjukkan bahwa kinerja penyaluran kredit investasi BPR selama Februari 2012 tercatat Rp 153,50 miliar atau hanya berkontribusi 3,05% dari total penyaluran kredit bank itu.Namun tingkat risiko kredit yang tercermin pada rasio non performing loan (NPL) pada BPR di Jatim periode Februari 2012 tercatat membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada Februari 2012, tingkat NPL BPR di Jatim tercatat 4,39%, turun 0,72% dibanding periode yang sama 2011 yang tercatat 5,11%. (faa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel