Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sulit Cari Utang Luar Negeri

Di tengah permintaan dana valuta asing yang tinggi, kalangan perbankan kesulitan untuk mencari utang dari luar negeri karena bunga pinjaman diprediksikan naik.
Dolar AS/Antara
Dolar AS/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah permintaan dana valuta asing yang tinggi, kalangan perbankan kesulitan untuk mencari utang dari luar negeri karena bunga pinjaman diprediksikan naik.

Berdasarkan data Bank Indonesia, kelompok peminjam terbesar masih dikuasai oleh Bank Swasta Nasional dengan nilai US$10,64 miliar hingga November 2013. Jumlah tersebut meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$8,83 miliar.

Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Achmad Baiquni mengungkapkan tahun ini perseroan belum berencana untuk meminjam dari luar negeri karena bunga pinjaman yang cenderung mengalami penaikan.

“Sekarang pricing di luar negeri lagi tinggi,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (20/1).

Ekonom Standard Chartered Fauzi Ichsan mengungkapkan bila bank mencari dolar dari dalam negeri maka bank harus membayar mahal karena rupiah terhadap dolar yang masih terjadi. Menurutnya, kalangan perbankan meminjam dana dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan valas perseroan dan mendanai proyek-proyek yang membutuhkan dolar.

“Biasanya dana dalam bentuk rupiah disalurkan untuk kredit konsumsi,” ungkap Fauzi.

Sementara itu, untuk menyalurkan kredit ke sektor manufaktur dan infrastruktur dibutuhkan dolar untuk memenuhi impor barang baku. Lanjutnya, untuk memenuhi pendanaan proyek tersebut maka bank-bank BUMN yang condong melakukan peminjaman luar negeri.

Pada kesempatan sebelumnya, Deputi Gubernur BI Ronald Waas mengungkapkan quotation dalam valuta asing (valas) tak dilarang, tetapi transaksi harus dilakukan dalam rupiah. “Transaksi dalam valas itulah yang menyebabkan permintaan valas meningkat sehingga membuat harga valas menjadi mahal,” ungkapnya.

Ronald mengungkapkan BI sedang berkoordinasi dengan pemerintah terkait transaksi dalam valas, untuk menjadi nilai valas.

Selain bank swasta nasional, bank swasta campuran mencatat pinjaman kedua tertinggi senilai US$6,85 miliar, naik dari November 2012 sebesar US$5,85 miliar.

Adapun Bank BUMN mencatat posisi ketiga dengan nilai US$3,19 miliar, turun dari posisi November 2012 sebesar US$3,43 miliar.

Fauzi menuturkan bunga pinjaman dari luar negeri masih relatif murah untuk pinjaman jangka pendek. Sebelum kalangan perbankan mengajukan pinjaman ke luar negeri, maka harus meminta persertujuan dari Bank Indonesia.

Dalam Peraturan Bank Indonesia (BI) 13/7/PBI/2011 tertulis bahwa bank wajib membatasi posisi saldo harian pinjaman luar negeri jangka pendek dengan komposisi paling tinggi 30% dari modal bank.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk. Maryono mengaku belum berencana melakukan pinjaman dana dari luar negeri. Pasalnya, perseroan masih memiliki modal yang cukup untuk membiayaai operasional dan ekspansi.

"Kami belum ada rencana itu [pinjaman luar negeri]," katanya.

Dia mengatakan perseroan tidak mencatatkkan rencana peminjaman dalam Rencana Bisnis Bank (RBB). Maryono mengatakan kalangan perbankan biasanya meminjam dolar dari luar negeri untuk kebutuhan jangka panjang.

Direktur Keuangan Bank Danamon Vera Lim mengaku pada tahun ini pihaknya membuka kemungkinan untuk menjajaki pinjaman dana dari luar negeri.

Pada tahun lalu, PT Bank Andara mendapatkan pinjaman dari Bank Pembangunan Belanda (The Netherlands Development Finance Company/FMO) senilai US$10 juta dengan tenor 5 tahun.

Institutional Banking Division Head Bank Andara Daroe Handojo mengungkapkan pinjaman tanpa jaminan tersebut, akan digunakan modal kerja perseroan dan menyalurkan kredit ke sektor mikro.

Managing Director Indonesia Eximbank Basuki Setyadjid mengatakan Lembaga Pembiayaan Ekspor dan Impor (LPEI) pada tahun ini membidik pinjaman lebih dari Rp17 triliun.

Pendanaan Eximbank ditargetkan dari dalam negeri sebesar Rp8 triliun, dan dari luar negeri berupa valuta asing sebesar US$800 juta atau senilai Rp9 triliun.

"Kami masih mencari pendanaan itu, tentu ada peningkatan dari tahun lalu karena pertumbuhan kami juga meningkat," ungkapnya kepada Bisnis.

Eximbank membidik pencarian modal pinjaman Valas dari perbankan asing dengan skema sindikasi kredit. Ditargetkan pendanaan tersebut akan diajukan setelah laporan keuangan periode Januari-Desember 2013 selesai disusun.

Eximbank tidak mempermasalahkan adanya kenaikan bunga pada pinjaman asing tersebut. Mereka akan membebankan kenaikan bunga kepada kenaikan bunga pinjaman nasabah.

"Tentu secara otomatis akan ada kenaikan bunga pembiayaan, kami targetkan tetap berada pada single digit," paparnya.

Tahun lalu, Eximbank telah menerbitkan sindikasi dolar senilai US$620 juta. Dalam pencarian sindikasi dolar ini perseroan masih menujuk tiga arranger yang sama, yakni Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Mizuho Bank, dan OCBC Singapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper