Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lelang Surat Berharga Syariah, Pemerintah Hanya Serap 32,96%

Pemerintah menyerap hanya Rp980 miliar atau 32,96% dari total penawaran senilai Rp2,973 triliun pada lelang empat seri surat berharga syariah negara (SBSN) yang digelar kemarin.
  Pemerintah menyerap hanya Rp980 miliar pada lelang empat seri SBSN. / Bisnis.com
Pemerintah menyerap hanya Rp980 miliar pada lelang empat seri SBSN. / Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menyerap hanya Rp980 miliar atau 32,96% dari total penawaran senilai Rp2,973 triliun pada lelang empat seri surat berharga syariah negara (SBSN) yang digelar kemarin.

Total serapan pemerintah tersebut lebih rendah 65,33% dari target indikatif senilai Rp1,5 triliun. Pada lelang kemarin, Selasa, (22/4/2014), pemerintah menyerap seri SPN-S09102014 sebesar Rp430 miliar atau 43,88% dari hasil lelang SBSN yang dimenangkan sebesar Rp980 miliar.

Yield rerata tertimbang yang dimenangkan sebesar 6,29915%. Penawaran PBS003 yang diserap pemerintah sebesar Rp200 miliar dengan imbal hasil rerata tertimbang 8,47969%. Sedangkan, total penawaran PBS005 yang diambil pemerintah Rp350 miliar dengan yield rerata tertimbang 8,90473%. Adapun, total penawaran PBS006 tidak diserap sama sekali.

Wien Irwanto, Deputi Direktur Sukuk Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, mengatakan pemerintah menyerap hanya Rp980 miliar karena kas pemerintah masih melimpah dan kebutuhan dana pemerintah sejauh ini tercukupi.

“Sampai sekarang target sukuk sudah hampir 65%, itu sudah termasuk sukuk ritel dan sukuk dana haji sudah melebihi target. Itu sudah melebih target,” kata Wien kepada Bisnis, Selasa, (22/4/2014).

Menurutnya, sejak awal tahun hingga saat ini dana project based-sukuk (PBS) yang diserap pemerintah sudah sekitar Rp2 triliun, sedangkan sukuk negara seri SPN-S sudah lebih dari Rp4,6 triliun.

Pada lelang kemarin, pemerintah menyerap lebih banyak seri SPN-S karena pemerintah hendak membayar sekaligus SPN-S yang turut dilelang pada 2 pekan silam yang bertenor 6 bulan. Menurut Wien, pemerintah tidak menyerap PBS006 sama sekali lantaran yield yang diminta investor tidak masuk benchmark pemerintah.

Yield terlalu tinggi makanya tidak kami ambil,” ucapnya.

Dari total penawaran masuk, SPN-S09102014 memperoleh penawaran terbanyak, yakni Rp2,166 triliun atau 72,86%. Investor menawar yield di kisaran 6%-7% pada seri yang jatuh tempo 9 Oktober 2014 itu. Sementara, PBS003 yang bertenor 13 tahun mendulang penawaran Rp201 miliar dengan yield 8,46875%-9,25% serta PBS005 yang jatuh tempo pada 2043 mendapat penawaran Rp390 miliar dengan yield 8,84375%-9,75%. Sedangkan, PBS006 yang bertenor 29 tahun mendulang penawaran Rp216 miliar dengan yield 8,125%-8,75%.

Total penawaran yang masuk pada lelang kemarin turun 16,86% dari total penawaran pada lelang SBSN yang digelar Selasa, (8/4). Dari sisi yield, investor meminta yield yang serupa dengan lelang pada 8 April lalu, yakni di kisaran 6%-9,75%.

Desmon Silitonga, Analis PT Millenium Danatama Asset Management, menuturkan dari hasil penyerapan dan jumlah penawaran yang masuk dalam lelang kemarin, terlihat investor meminta imbal hasil yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil lelang SBSN dua minggu lalu.

“Selain itu, polanya bergeser. SBSN tenor pendek lebih banyak diserap. Ini tidak lepas dari berkurangnya appetive investor untuk menaruh penawaran untuk menaruh penawaran di SBSN tenor pendek,” tutur Desmon kepada Bisnis, Selasa, (22/4/2014).

Penumpukan di SBSN tenor pendek mengindikasikan lelang kemarin didominasi investor perbankan.

“Mengingat dana perbankan biasanya bersifat jangka pendek,” ucapnya.

Desmon menilai pemerintah tidak menyerap PBS006 lantaran yield yang diminta investor cukup tinggi dibandingkan imbal hasil di pasar sekunder. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper