Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia: Peningkatan Penghasilan Bukan Solusi Menyeluruh Atasi Ketimpangan

Bank Dunia menilai upaya peningkatan penghasilan individu belum menjadi solusi menyeluruh dalam mengatasi ketimpangan kesejahteraan.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Bank Dunia menilai upaya peningkatan penghasilan individu belum menjadi solusi menyeluruh dalam mengatasi ketimpangan kesejahteraan.

Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan meski penting, meningkatkan penghasilan individu hanya merupakan sebagian cara untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Dia menilai perlu butuh fokus dalam meningkatkan persamaan gender dan memudahkan akses bagi warga penghasilan rendah kepada pangan, tempat tinggal, layanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan dalam meningkatkan kesejahteraan bersama.

“Meningkatkan kesejahteraan bersama akan bisa dicapai dengan meningkatkan penghasilan, menciptakan lapangan kerja, mendidik siswa, dan menyediakan bagi seluruh lapisan masyarakat dengan akses kepada pangan, air bersih, tempat berlindung, dan layanan kesehatan,” katanya, Kamis (2/10/2014).

Bank Dunia, imbuh Kim, sudah menggelontorkan dana lebih dari US$60 juta per tahun guna memberi dukungan pembiayaan untuk membangun kelembagaan publik serta menggairahkan sektor swasta. Hal yang dapat dimulai pertama yakni dengan mengumpulkan data lebih banyak dan akurat dari negara-negara, serta mengevaluasi dampak dari asistensi teknis dan pembiayaan berbasis proyek terhadap penghasilan kaum berpenghasilan rendah.

Permasalahan ketimpangan kerap melanda negara-negara berkembang di mana jarak penghasilan antara kelompok yang sangat kaya dengan golongan yang terpinggirkan sangatlah mencolok. Wakil Presiden terpilih 2014-2019 Jusuf Kalla dalam sejumlah kesempatan juga mengingatkan bahaya munculnya ketegangan sosial sebagai dampak dari semakin tidka meratanya pendapatan tersebut.

"Tidak ada negeri yang maju tanpa kemajuan dan pemerataan ekonomi yang baik sekaligus," katanya dalam acara diskusi Real Estat Indonesia (REI) di Jakarta, Kamis (28/8).

Jusuf Kalla mengingatkan bahwa tingkat gini ratio di Indonesia telah mencapai 0,43. Sebagai perbandingan, ujar dia, negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara mengalami gejolak Arab Spring ketika gini ratio sekitar 0,45.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper