Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga BBM Naik, Bank Hitung Ulang Rencana Bisnis

Kenaikan harga BBM bersubsidi memaksa bankir berhitung ulang atas target dan rencana bisnis ke berikutnya.

Bisnis.com, JAKARTA—Kenaikan harga BBM bersubsidi memaksa bankir berhitung ulang atas target dan rencana bisnis ke berikutnya.

Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk Tri Joko Prihanto mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi akan membuat sebagian nasabah terguncang lantaran biaya-biaya yang terus meningkat sehingga mengganggu daya beli. Menurutnya kondisi itu akan berdampak pada sejumlah segmen penyaluran kredit.

Kondisi itu, katanya, bisa berujung pada kenaikan non performing loan (NPL) di sejumlah sektor bila bank tak hati-hati menyalurkan kredit. “Kalau bagi bank tentu ada penyesuaian biaya, tapi sebetulnya itu sudah diantisipasi, cerminannya ada di kinerja kuartal III/2014,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (18/11/2014).

Dia meyakini kalangan perbankan sudah jauh-jauh hari mengantisipasi kenaikan harga BBM bersubsidi dalam perhitungan rencana bisnis bank (RBB) 2015. Namun Tri Joko menegaskan situasi tersebut tak serta-merta membuat kinerja perbankan tahun depan bakal anjlok.

Kondisi likuiditas perbankan, katanya, juga tak akan banyak terganggu, meskipun potensi kenaikan cost of fund membayangi industri perbankan. “Dulu kan biaya dana tinggi, terus mulai turun, mungkin besok bisa naik lagi,” ujarnya.

Menutunya dinamika ekonomi yang terjadi sejauh ini akan membuat industri perbankan mengalami ekuilibrium baru. Ke depan pihaknya akan fokus menyalurkan kredit ke sektor-sektor potensial sehingga tak memicu kenaikan NPL.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi perlu diwaspadai lantaran bakal memicu inflasi. Kondisi itu, katanya, akan memengaruhi BI Rate dan suku bunga secara umum.

“Kenaikan harga BBM bersubsidi akan berpengaruh negatif pada daya beli masyarakat, namun di sisi lain akan memperkuat APBN, harus diamati dampaknya.”

Berdasarkan data Bank Indonesia suku bunga perbankan pada triwulan III/2014 masih dalam tren meningkat. Suku bunga deposito 1 bulan naik 18 basis points (bps) ke level 8,48% dari 8,30%, sedangkan rata-rata tertimbang suku bunga kredit meningkat 11 bps menjadi 12,87% dari 12,76%.

Kenaikan suku bunga kredit disumbang oleh kenaikan suku bunga kredit modal kerja (KMK) sebesar 15 bps menjadi 12,78%. Adapun suku bunga kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing naik sebesar 10 bps dan 8 bps.

Kondisi itu membuat spread antara suku bunga kredit dan deposito 1 bulan pada triwulan III/2014 menyempit menjadi 439 bps dari sebelumnya 446 bps. Menurut Bank Indonesia kenaikan suku bunga kredit tersebut sejalan dengan jalur transmisi moneter yang masih berlangsung selama triwulan III/2014.

Hingga September 2014 rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO) perbankan juga cenderung meningkat. Bank Indonesia mencatat BOPO per September 2014 mencapai 76%, lebih tinggi ketimbang posisi Juni 2014 yang tercatat 75,66%.

Tren serupa juga terjadi pada data NPL. Pada September 2014 NPL perbankan tercatat 2,29%, sedikit lebih tinggi ketimbang posisi Juni 2014 yang tercatat 2,16%.

Meskipun begitu kondisi industri perbankan sejatinya masih tergolong kondusif lantaran capital adequacy ratio (CAR) yang terus membaik. Pada September 2014 CAR tercatat sebesar 19,44%, lebih tinggi dibandingkan kuartal II/2014 yang tercatat 19,4%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Galih Kurniawan
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper