Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Daerah: Kota Malang Raih Deflasi 0,57%

Kota Malang pada Februari 2015 mengalami deflasi sebesar 0,57% meski dibayangi kenaikan harga beras.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, MALANG—Kota Malang pada Februari 2015 mengalami deflasi sebesar 0,57% meski dibayangi kenaikan harga beras.

Kepala Badan Pusat Statistik Kota Malang M. Sarjan mengatakan 10 komoditas terbesar yang mengalami penurunan harga pada Februari 2015, yakni premium, angkutan dalam kota, cabai rawit, cabai merah, semen, bawang merah, telur ayam ras, udang basah, kangkung, dan apel.

“Sedangkan 10 komoditas teratas yang mengalami kenaikan harga pada Februari 2015, yakni beras, angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, daging ayam ras, emas perhiasan, tarif listrik, shampo, pepaya, wortel, dan baju anak setelan,” kata Sarjan di Malang, Senin (2/3/2015).

Dari 8 kota IHK (indeks harga konsumen) di Jawa Timur, tercatat semua kota mengalami deflasi pada Februari 2015.

Deflasi tertinggi terjadi di Banyuwangi sebesar 1,02% dengan IHK 116,57, diikuti Kediri sebesar 0.83% dengan IHK sebesar 117,75, dan Kota Malang sebesar 0,57 % dengan IHK sebesar 118,53, Sumenep 0,56 % dengan IHK 116,32, Jember 0,54% dengan IHK sebesar 116,61, Madiun 0,51% dengan IHK 116.18, Probolinggo 0.42% dengan IHK sebesar 117,98 dan Surabaya 0,42% dengan IHK 117,79.

Tingkat inflasi tahun kalender Februari 2015 sebesar -0,53% dan tingkat inflasi tahun ke tahun di Kota Malang sebesar 6,43%.

Melandainya inflasi Februari 2015 ini dipicu beberapa faktor, a.l dampak langsung penurunan bahan bakar minyak bersubsidi sejak l 12 Februari 2015, yakni premium menjadi Rp6.700/liter dan solar menjadi Rp6.400/liter sehingga tarif angkutan dalam kota dan travel turun sebagai multiplier effect adanya penurunan bahan bakar minyak subsidi.

Faktor lain, kebijakan pemerintah menurunkan harga semen cukup membuat inflasi terkendali.

Komoditi penyumbang inflasi terbesar adalah beras seiring kenaikan harga yang cukup signifikan karena mundurnya musim panen akibat curah hujan sehingga menyebabkan stok beras menipis.

Penyumbang inflasi lainnya adalah angkutan udara, bahan bakar rumah tangga akibat kenaikan LPG 3 kg, daging ayam ras, emas perhiasan, tarif listrik, shampo, pepaya, wortel, dan baju anak setelan.

Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga , yakni bensin, angkutan dalam kota, cabai rawit, cabai merah, semen, bawang merah, telur ayam ras, udang basah, kangkung dan apel.

Kelompok komoditas yang memberikan andil atau justru menyebabkan deflasi, yakni kelompok bahan makanan -0,2412%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,0141%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,0348%; kelompok sandang 0,0483%; kelompok kesehatan 0,0376 %, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,0107%; dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan -0,4778%.

Dari 11 sub kelompok dalam kelompok bahan makanan. 4 sub kelompok mengalami inflasi dan 7 sub kelompok mengalami deflasi.

Sub kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangann yang memberikan sumbangan deflasi, premium sebesar 0,3637 % karena pemerintah menurunkan harga BBM menjadi Rp 6.700/liter untuk premium dan solar menjadi Rp6.500/liter.

Hal ini berdampak pula pada diturunkannya tarif angkutan dalam kota dari Rp 4.000 menjadi Rp 3.500 sehingga menyumbang deflasi sebesar 0,2251%, solar sebesar 0,0071%, tarif kereta pi sebesar 0,0067%, tarif kendaraan travel mengalami penurunan dam menyumbang deflasi sebesar 0,0044%.

Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Malang Dudi Herawadi mengatakan masalah beras dan beberapa komoditas lainnya perlu diwaspadai agar tidak mendongkrak inflasi pada Maret.

“Tapi kami salut pada Pemkot Malang yang bekerja sama dengan Bulog dalam menggelar OP (operasi pasar) beras untuk meredam harga komoditas tersebut,” ujarnya.

Upaya sigap dari Pemkot Malang perlu diapreasi karena jika tidak, harga beras dikhawatirkan terus melambung.

Dengan diserbu dan ludesnya beras OP Bulog dalam kegiatan tersebut menunjukkan bahwa komoditas tersebut memang harganya tinggi dan pasokannya masih terbatas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper