Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lembaga Penjamin Simpanan: Risiko Perbankan Meningkat

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut risiko industri perbankan pada awal tahun ini mengalami peningkatan, tercermin dari dari kenaikan Indeks Stabilitas Perbankan (ISP).
Kantor Lembaga Penjamin Simpanan/Antara
Kantor Lembaga Penjamin Simpanan/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut risiko industri perbankan pada awal tahun ini mengalami peningkatan, tercermin dari dari kenaikan Indeks Stabilitas Perbankan (ISP).

Dalam Laporan Perekonomian & Perbankan Februari 2015 yang diterbitkan LPS, ISP pada Januari 2015 mencapai 100,51, naik 10 basis poin (bps) dari posisi Desember 2014 sebesar 100,41. Totong Sudarto, analis LPS mengatakan, peningkatan itu didorong oleh peningkatan pada sub indeks market pressure sebesar 65 bps.

"Sedangkan sub indeks credit pressure dan interbank pressure mengalami penurunan," tulisnya dalam laporan yang dikutip bisnis.com, Senin (9/3/2015). Indeks credit pressure turun 7 bps sedangkan interbank pressure 61 bps.

Sebagaimana diketahui, ISP dibentuk oleh tiga komponen indeks, yakni market pressre, credit pressure, dan interbank pressure.

Kendati meningkat, indeks ISP masih berada dalam status normal sesuai skala observasi crisis management protocol (CMP).

Totong menjelaskan, memasuki 2015, indikator pembentuk sub indeks market pressure masih mengalami tekanan akibat pengaruh eksternal.

Nilai tukar rupiah hingga Januari 2015 mengalami pelemahan sebesar 1,5% dibandingkan bulan sebelumnya.

Namun, depresiasi Rupiah masih bisa diimbangi dengan kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mengalami penguatan sebesar 1% pada Januari 2015.

Tekanan indikator sub indeks market pressure juga tertahan oleh data JIBOR 3 bulanan yang mengalami penurunan 7 bps menjadi 7,17% pad Desember 2014.

Di sisi lain, credit pressure mengalami penurunan tipis karena meski kondisi likuiditas mengalami perbaikan, kualitaskredit justru mengalami pemburukan.

Totong menyebut pemburukan terjadi pada semua sektor industri, terutama perdagangan dan konstruksi yang sangat bergantung pada kredit modal krerja. Rasio kredit bermasalah kotor (NPL gross) menunjukkan tren peningkatan dalam setahun terakhir hingga mencapai 2,36% pada November 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper