Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bunga The Fed Tak Naik, Keuangan Asia Bernafas Sejenak

Penundaan kenaikan suku bunga the Federal Reserve memberi lagi ruang bernafas bagi pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia, tetapi tidak pada ekonomi kawasan itu.
The Federal Reserve di Washington D.C./Ilustrasi-en.wikipedia.org
The Federal Reserve di Washington D.C./Ilustrasi-en.wikipedia.org

Bisnis.com, JAKARTA - Penundaan kenaikan suku bunga the Federal Reserve memberi lagi ruang bernafas bagi pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia, tetapi tidak pada ekonomi kawasan itu.

Dalam analisisnya, ekonom Deutsche Bank Taimur Baig menunjukkan kebijakan the Fed untuk tetap mempertahankan suku bunga ultrarendah berkaitan lekat dengan ekonomi China.

Sekalipun pertumbuhan AS mendekati potensi, pasar tenaga kerja pulih, dan akselerasi upah tenaga kerja mendekati tujuan, the Fed juga menghadapi tekanan serius investasi akibat kejatuhan harga komoditas, kemungkinan penurunan ekspor dan keuntungan akibat perlambatan negara berkembang pada umumnya dan China pada khususnya, serta tidak ada tekanan inflasi.

Beberapa ingin the Fed menaikkan suku bunga, tetapi fakta menunjukkan ekonomi global tengah menghadapi kerentanan kian parah, yang disebabkan oleh perubahan prematur kebijakan the Fed.

"Sikap bank sentral AS itu sesungguhnya refleksi terus-menerus kelesuan ekonomi global," kata Taimur dalam keterangan tertulis, Jumat (18/9/2015).

Meskipun tanpa krisis, lanjutnya, perlambatan ekonomi China menimbulkan tantangan bagi ekspor dan investasi serta aliran dana ke Asia. Pelemahan kronis ekspor Asia, walaupun ada permintaan positif dari AS dan Uni Eropa, mencerminkan baik pelemahan China maupun negara berkembang lain, khususnya produsen komoditas,  yang bergantung pada Negeri Tirai Bambu.

Taimur melihat akibat aksi jual di pasar keuangan dan tekanan kurs belakangan ini, ruang pelonggaran kebijakan moneter menjadi terbatas meskipun tak ada tekanan inflasi.

"Melihat latar belakang ini, kami melihat risiko pertumbuhan di Asia kian melambat serta tidak ada risiko inflasi berlanjut ke kuartal IV/2015 dan selanjutnya," ujarnya.

Menurut Taimur, hal terbaik yang dapat dilakukan pemerintah negara-negara Asia adalah mendorong permintaan domestik melalui kebijakan fiskal meskipun dampaknya akan kecil dan bersifat jangka menengah.

Di sisi kebijakan moneter, China akan tetap menempuh pelonggaran. India memiliki ruang untuk memangkas suku bunga paling tidak sekali lagi tahun ini. Negara seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand, barangkali juga bergulat dengan bagaimana mendorong pertumbuhan.

Risiko krisis mata uang yang disebabkan oleh skenario kenaikan suku bunga, seperti Indonesia dan Malaysia, masih sangat jauh, menurut Deutsche Bank. Bank itu memperkirakan Bank Indonesia akan memangkas BI rate pada semester I/2016 jika rupiah stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper