Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Aset Perasuransian 2015, Asuransi Jiwa Paling Lambat

Kendati masih memiliki nilai aset paling dominan di industri perasuransian konvensional, asuransi jiwa menjadi sektor dengan pertumbuhan paling rendah sepanjang 2015.
Kendati masih memiliki nilai aset paling dominan di industri perasuransian konvensional, asuransi jiwa menjadi sektor dengan pertumbuhan paling rendah sepanjang 2015./go2guys.co.nz
Kendati masih memiliki nilai aset paling dominan di industri perasuransian konvensional, asuransi jiwa menjadi sektor dengan pertumbuhan paling rendah sepanjang 2015./go2guys.co.nz

Bisnis.com, JAKARTA - Kendati masih memiliki nilai aset paling dominan di industri perasuransian konvensional, asuransi jiwa menjadi sektor dengan pertumbuhan paling rendah sepanjang 2015.

Dikutip dari lama resminya, Jumat (29/1/2016), Otoritas Jasa Keuangan mencatat nilai aset seluruh perusahaan asuransi jiwa konvensional di Indonesia per Desember 2015 mencapai Rp329,68 triliun atau 41,02% dari total aset industri perasuransian konvensional.

Hingga akhir Desember 2015, nilai total aset industri perasuransian mencapai Rp803,71 triliun atau tumbuh sekitar 6,82% dibandingkan periode yang sama pada 2014 (year-on-year/y-o-y).

Asuransi sosial, meliputi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, pada akhir tahun lalu membukukan nilai total aset sebesar Rp233,61 triliun atau 29,07% dari nilai total aset perasuransian.

Pada periode yang sama, sektor asuransi umum dan reasuransi konvensional mencatat nilai aset Rp132,56 triliun (16,49%). Sedangkan, asuransi wajib, meliputi PT Jass Raharja, PT Taspen dan PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata, meraih Rp107,86 triliun (13,42%).

Dibandingkan dengan kinerja hingga akhir 2014, sektor asuransi jiwa konvensional hanya mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 2,02%. Pasalnya, pada akhir Desember 2014 nilai aset sektor tersebut telah mencapai Rp323,15%.

Sebaliknya, sektor asuransi umum dan reasuransi konvensional mencatatkan pertumbuhan paling signifikan, yakni sebesar 12,64% (y-o-y) dari nilai aset per Desember 2014 sebesar Rp117,68 triliun.

Sementara itu, sektor asuransi sosial dan asuransi wajib masing-masing mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 11,56% dan 5,60%.

Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Firdaus Djaelani mengatakan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang 2015 niscaya memengaruhi kinerja seluruh industri, termasuk perasuransian.

“Harus diakui [perlambatan ekonomi] pasti ada imbasnya. Pada 2015 pertumbuhan ekonomi ditargetkan 5%, tetapi tercapai 4,8%, tentu ada imbasnya ke IKNB,” ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.

Pada awal tahun lalu, Firdaus sebenarnya memprediksi aset IKNB mampu tumbuh sekitar 15%–20% sepanjang 2015 dengan kontribusi terbesar masih dari industri asuransi dan  industri pembiayaan.

Aset industri asuransi ditargetkan tumbuh 15%. Sedangkan, aset multifinance dan dana pensiun diprediksi tumbuh 10%.

Namun, target tersebut sulit tercapai dengan kondisi ekonomi yang bertumbuh lebih lambat.

“Tantangan perlambatan ekonomi dunia, pemulihan ekonomi negara maju yang belum solid dan pertumbuhan ekonomi nasional yang cenderung melambat,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper