Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mandiri Tak Buru-Buru Lepas Aset Bermasalah

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengaku masih tidak ingin terburu-buru melelang atau menjual aset bermasalahnya pada tahun ini. Adapun, hal itu membuat recovery rasio kredit bermasalah perseroan masih berjalan sekitar 10% sampai 20% sampai saat ini.
Layanan nasabah di  kantor cabang PT Bank Mandiri, di Jakarta./JIBI-Nurul Hidayat
Layanan nasabah di kantor cabang PT Bank Mandiri, di Jakarta./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengaku masih tidak ingin terburu-buru melelang atau menjual aset bermasalahnya pada tahun ini. Adapun, hal itu membuat recovery rasio kredit bermasalah perseroan masih berjalan sekitar 10% sampai 20% sampai saat ini.

Direkur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, untuk pemulihan memang membutuhkan waktu. Kalau, perseroan terburu-buru menjual aset, saat ini harga aset maupun perusahaan masih murah sehingga aksi restrukturisasi cenderung dipiliha untuk pemulihan.

“Sampai saat ini pemulihan memang baru sekiatar 10% sampai 20%, harapannya pada tahun ini saudah bisa sebesar 30% sampai 40%. Intinya, kami tidak mau terburu-buru karena kondisi ekonomi yang belum begitu baik juga,” ujarnya belum lama ini.

Tiko, sapaan akrab Kartika, menuturkan, posisi harga aset tengah tertekan karena kondisi ekonomi yang belum bergairah.

“Misalnya, kami eksekusi aset seperti rumah dan sebagainya, nilai jualnya akan jatuh karena permintaan masih rendah,” tuturnya.

Sampai kuartal I/2017, bank dengan kode emiten BMRI itu mengaku sudah mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 13%.

Tiko menuturkan, segmen kredit yang mulai membaik datang dari korporasi dan konsumer. Untuk korporasi pastinya mendapatkan pemicu pemulihan dari permintaan pendanaan proyek infrastruktur.

"Konsumer membaik seiring permintaan untuk KPR [Kredit pemilikan rumah], KKB [kredit kendaraan bermotor], dan multiguna yang juga membaik,” tuturnya.

Dia memperkirakan, secara industri pertumbuhan kredit perbankan pada kuartal pertama akan berada pada kisaran 8% sampai 9%.

“Intinya sudah lebih baik ketimbang tahun lalu, semoga saja akhir tahun ini bisa kembali naik dua digit,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper