Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Kata Bankir Soal Usulan Bunga LRT 8,25%

Bisnis.com, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan pemerintah berencana mengajukan usulan baru besaran bunga kredit perbankan untuk pembiayaan LRT Jabodetabek dari semula 7% menjadi kisaran 8% sampai 8,25%.
Proyek Light Rapid Transportation (ANT)
Proyek Light Rapid Transportation (ANT)

Bisnis.com, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan pemerintah berencana mengajukan usulan baru besaran bunga kredit perbankan untuk pembiayaan LRT Jabodetabek dari semula 7% menjadi kisaran 8% sampai 8,25%.

Sejumlah bankir memberikan respons beragam terhadap usulan suku bunga pembiayaan tersebut.

Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Herry Sidharta mengatakan bahwa penetapan bunga dalam pemberian kredit didasarkan pada sejumlah pertimbangan. Misalnya, variabel biaya dana, OHC, premi risiko, hingga profit margin.

"Di samping variabel-variabel tersebut ada yang juga dipertimbangkan antara lain besarnya kredit dan juga benchmarking dengan instrumen-instrumen investasi lain, misal dengan SUN [Surat Utang Negara]. SUN berapa?" katanya saat dikonfirmasi Bisnis, Selasa (18/4/2017) malam.

Sebagai informasi, berdasarkan perdagangan Senin (17/4), imbal hasil yang diberikan SUN berada dalam variasi 6,69% hingga 7,65% dengan tenor 5 tahun dan 20 tahun. Dengan kata lain, SUN masih memberikan potensi keuntungan bunga yang lebih tinggi bagi perbankan bila mempertimbangkan tingkat risikonya yang 0%.

Dihubungi terpisah, SEVP Corporate Banking Bank Mandiri Alexandra Askandar mengatakan usulan tingkat bunga yang baru tersebut membuat pembiayaan sindikasi LRT menjadi lebih prospektif bagi perbankan.

"Dengan 8.25% tentunya lebih menarik karena pembiayaan proyek LRT ini akan dijamin oleh pemerintah, sehingga benchmarknya adalah SUN yield," katanya kepada Bisnis.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dalam berbagai kesempatan mengatakan bunga kredit perbankan yang diminta pemerintah sebesar 7% untuk proyek kereta ringan (light rail transit/ LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek).

Namun, besaran bunga tersebut membuat perbankan berpikir ulang untuk memberikan pinjaman. Atas reaksi perbankan itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pemerintah berencana mengajukan usulan baru besaran bunga kredit perbankan di kisaran 8% sampai 8,25%.

Usulan bunga itu lebih tinggi 100 bps hingga 125 bps dari penetapan awal bunga kredit 7% yang disampaikan Menko Kemaritiman.

"Bunganya 8% atau 8,25%. Akan di-reconfirm dengan menteri keuangan," kata Budi di Kompleks Istana Negara, Selasa (18/4/2017).

Menurutnya, dengan bunga di kisaran 8%-8,25% cost of fund pinjaman memang akan lebih besar dibandingkan dengan bunga 7%. Namun, pinjaman perbankan dengan bunga 8%-8,25% masih bisa masuk ke pendanaan proyek LRT.

"Ya tambah sedikitlah. Saya rasa 8,25% masih oke," ucap Budi.

Total investasi untuk sarana dan prasarana proyek LRT Jabodebek ditaksir mencapai Rp27 triliun. Sekitar Rp9 triliun dana investasi berasal dari skema penyertaan modal negara, sedangkan Rp18 triliun diperoleh dari pinjaman sejumlah lembaga keuangan.

Penyertaan modal negara (PMN) didapat dari PMN yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku investor dan operator proyek sebesar Rp7,6 triliun, sebanyak Rp2 triliun di antaranya sudah diterima KAI pada 2015. Lantas, dana PMN sebesar Rp1,4 triliun didapat dari PT Adhi Karya (Persero) Tbk. selaku kontraktor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper