Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gangguan ATM, Kenapa Bank Menggunakan ATM Satelit?

Gangguan satelit Telkom-1 sejak akhir pekan lalu telah membuat beberapa jaringan ATM Bank mengalami masalah. Di luar polemmik itu, kenapa bank memilih menggunakan satelit untuk jaringan ATMnya ketimbang fiber optik?
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja (kiri) bersama Direktur Suwignyo Budiman, menjawab pertanyaan wartawan, di Jakarta, Selasa (20/6)./JIBI-Endang Muchtar
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja (kiri) bersama Direktur Suwignyo Budiman, menjawab pertanyaan wartawan, di Jakarta, Selasa (20/6)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Gangguan satelit Telkom-1 sejak akhir pekan lalu telah membuat beberapa jaringan ATM Bank mengalami masalah. Di luar polemik itu, kenapa bank memilih menggunakan satelit untuk jaringan ATM-nya ketimbang fiber optik?

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja mengatakan, berbicara kenapa bank menggunakan satelit dalam jaringan ATM-nya, itu ada sejarahnya. Dahulu, menggunakan jaringan telepon kabel dari segi biaya mahal, karena harus bayar pulsa setiap transaksi.

"Lalu, kalau pakai satelit itu skema bayarnya sewa bulanan, jadi berapa banyak pun transaksinya bayarnya tetap sama. Lalu, dahulu jaringan telpon tidak secepat fiber optik juga, satelit masih yang paling cepat," ujarnya pada Senin (28/8).

Jahja melanjutkan, untuk saat ini beberapa lokasi ATM perseroan masih menggunakan satelit dengan alasan lebih mudah dalam pemasangannya.

"Kan banyak ATM kami yang berada di mal dan sebagainya, kalau pakai fiber optik atau inline kabel perlu gali-gali, sedangkan kalau dengan satelit tinggal gunakan sambungan kabel dalam gedung saja," lanjutnya.

Dalam mengantisipasi gangguan satelit seperti yang terjadi saat ini, bank berkode emiten BBCA itu menyewa beberapa satelit. Bank swasta terbesar Indonesia itu menyewa lima satelit yakni, Telkom 1, Measat 3A, Apstar 5, Telkom 3s, dan Apstar 9.

Biaya Sewa

Dari sisi biaya sewa, Jahja menuturkan untuk satu lokasi memakan biaya sewa Rp2,5 juta per bulan. Adapun saat ini jumlah ATM perseroan keseluruhan sebanyak 17.210 dengan total lokasi 11.530.

"Lokasi itu maksudnya kan ada ATM center yang mesn ATM kami ada beberapa," ujarnya.

Jahja menuturkan, perseroan pun berniat menambah dua penghubung ke satelit dalam satu lokasi yang terdiri dari beberapa mesin ATM.

"Kalau sekarang masih satu, tetapi setelah kejadian ini tampaknya bisa jadi satu lokasi yang ada empat mesin ATM bisa ditambah satu penghubung lagi, sehingga menjadi minimal dua. Jadi, ketika satu satelit ada gangguan, masih ada yang satu lagi," tuturnya.

Dalam gangguan pada Telkom 1, perseroan mencatatkan ada 5.700 ATM yang mengalami gangguan.

Gratis Tarik Tunai

Perseroan pun langsung menggratiskan nasabah untuk tarik tunai di bank lain dengan skema nasaba tetap dikenakan biaya tarik tunai di awal, lalu BCA akan menggantinya di akhir bulan. Penggratisan itu berlaku dari periode 26 Agustus sampai 8 Septemmber 2017.

BCA memperkirakan proses pemulihan pengalihan jaringan satelit dari telkom 1 ke telkom 3s dan Apstar 5 membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga pekan.

Sementara itu Jahja menyarankan kepada nasabah perseroan yang tetap ingin bertransaksi dengan menggunakan ATM BCA bisa mencari mesin ATM yang dekat dengan kantor cabang.

"Pokoknya kalau ATM dekat dengan kantor cabang itu tidak akan mengalami gangguan karena satelit," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper