Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adira Finance Catatkan Pembiayaan Syariah Rp5,47 Triliun

JAKARTA PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. atau Adira Finance mencatatkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp5,47 triliun untuk lini bisnis berbasis syariah sampai dengan September 2017 atau turun sekitar 9% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Adira Finance. /Bisnis.com
Adira Finance. /Bisnis.com

JAKARTA – PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. atau Adira Finance mencatatkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp5,47 triliun untuk lini bisnis berbasis syariah sampai dengan September 2017 atau turun sekitar 9% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli mengatakan, bisnis pembiayaan syariah sulit mengalami pertumbuhan lantaran tidak adanya ketentuan down payment (DP) atau uang muka yang lebih rendah dibandingkan dengan pembiayaan konvensional.

Dengan tidak adanya perbedaan besaran uang muka antara pembiayaan syariah dengan konvensional, lanjutnya, sektor syariah akan sulit tumbuh.

Direktur Adira Finance I Dewa Made Susila menambahkan meskipun keunggulan besaran uang muka untuk pembiayaan syariah sudah tidak ada, Adira Finance tetap akan menyediakan produk-produk syariah untuk memberikan pilihan kepada nasabah.

"Kami sebenarnya hanya menawarkan pilihan, dengan variasi kita  berharap dapat menjual lebih banyak, tapi itu juga tergantung dengan daya beli masyatakat," jelas Made.

Guna meningkatkan pembiayaan syariah, katanya, Adira Finance masih mencari startegi untuk menemukan nilai tambah dari produk syariah. Dia mengatakan Adira Finance telah mencoba beberapa cara, salah satunya memperluas jaringan. Adira mencoba memetakan daerah  atau wilayah yang berpotensi menumbuhkan pembiayaan syariah.

"Masih banyak yang belum paham. Memang butuh sosialisasi, masih butuh waktu, tidak bisa menanam besok sudah berbuah," katanya.

Kendati demikian, pihaknya menargetkan pembiayaan syariah masih akan tumbuh, meskipun masih tipis. Pasalnya menurut Made saat ini masih dalam proses transisi, sehingga belum dapat menyebutkan target secara detail. "Yang jelas kalau DP-nya disamakan [dengan konvensional] pertumbuhannya akan melambat," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper