Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Global Membayangi Pertumbuhan Ekonomi

Risiko global yang berasal dari perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat berpotensi menahan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun ini.
Ilustrasi/Reuters-Sheng Li
Ilustrasi/Reuters-Sheng Li

Bisnis.com, JAKARTA--Risiko global yang berasal dari perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat berpotensi menahan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun ini.

Ari Kuncoro, ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), mengungkapkan efek dari perkembangan di Amerika Serikat yang diwarnai oleh pernyataan dari Presiden Trump sangat berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi dunia.

Salah satu kebijakan Presiden Trump yang menuai kritik adalah rencana kenaikan bea impor baja sebesar 25% dan alumunium sebesar 10%.

Jika ekonomi dunia terganggu, Indonesia akan ikut terpengaruh. "Kalau pertumbuhan ekonomi dunia kurang, potensi China dan India untuk membeli barang [ekspor] Indonesia akan turun, jadi tambahannya sekarang yang harus kita lihat juga adalah kondisi luar negeri juga," papar Ari, Kamis (08/03).

Karena kondisi ini, dia memperkirakan Indonesia hanya mampu tumbuh sebesar 5,2%-5,3% pada kuartal I/2018. Padahal, Ari melihat Indonesia berpotensi tumbuh hingga di atas 5,3%. Menurut Ari, penopang pertumbuhan pada kuartal pertama ini adalah konsumsi masyarakat.

"Untuk mencapai angka tersebut, pertumbuhan konsumsi harus 4%, kelas menengah harus didorong belanja," kata Ari.

Dia berharap pemerintah dapat mendorong kebijakan yang lebih prokonsumsi dan menghindari kebijakan yang bersifat 'menakut-nakuti'. Kebijakan pemerintah menahan harga BBM dan tarif listrik tidak berubah hingga tahun depan dilihat sebagai kebijakan yang tepat.

Ini adalah kebijakan darurat yang bersifat jangka pendek karena pemerintah melihat adanya urgensi. Namun, dia mengungkapkan kebijakan tersebut tidak boleh dilakukan untuk jangka panjang. Dia berharap pemerintah dapat menyampaikan bahwa kebijakan ini bersifat sementara dan situasi ini akan diperbaiki lagi.

Dengan adanya kebijakan ini, dia melihat pemerintah harus lebih efisien dalam mengatur anggarannya dengan memotong anggaran dinas dan lain sebagainya. "Saya melihatnya [pemerintah] masih bisa merealokasi anggaran."

Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Kepala Bappenas Bambang P.S. Brodjonegoro menuturkan pemerintah melihat perkembangan yang terjadi di AS, seperti normalisasi kebijakan moneter, reformasi pajak dan penetapan tarif impor sebagai risiko eksternal jangka pendek.

Ketika gubernur Fed Jerome Powell memberikan pidato pertamanya yang secara implisit menegaskan akan menaikkan tingkat suku bunga di AS, hampir semua mata uang di dunia mengalami pelemahan, tidak terkecuali rupiah.

Tidak hanya pelemahan rupiah, pemerintah melihat pembalikan arus modal asing yang terjadi di pasar saham dan surat utang pemerintah cukup kuat.

"Tentunya ini hal yang patut kita waspadai," tegas Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper