Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 3 Simpul Katalisator Pangsa Pasar Asuransi Syariah

Berdasarkan kontribusi premi tahun lalu, pangsa pasar asuransi syariah bila dibandingkan dengan industri asuransi konvensional berada di kisaran 5,04%.
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia/AASI
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia/AASI

Bisnis.com, JAKARTA - Berdasarkan kontribusi premi tahun lalu, pangsa pasar asuransi syariah bila dibandingkan dengan industri asuransi konvensional berada di kisaran 5,04%.

Adapun total pendapatan premi 2017 yang dijadikan acuan yakni mencapai Rp13,99 triliun, atau naik 13,85% dari tahun sebelumnya yang menyentuh angka Rp12,28 triliun.

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Ahmad Sya'roni mengatakan angka market share tersebut masih sangat berpeluang digenjot pada tahun ini. Namun demikian, ada tiga hal yang menurutnya bisa menjadi katalisator untuk meningkatkan pangsa pasar produk asuransi syariah.

Pertama, pengaturan bisnis yang murni syariah dari hulu hingga hilir.

"Bagaimana memastikan jalannya bisnis tetap di syariah. Kalau syariah, jangan terus terjadi kebocoran ke konvensional," kata Sya'roni.

Menurut Roni, salah satu lini yang selama ini belum maksimal berkontribusi adalah bisnis pialang asuransi syariah. Menurut Roni, masih banyak pelaku pialang atau broker yang mengira untuk masuk industri syariah, harus mendapatkan izin. Padahal dalam praktiknya, izin hanya wajib dikantongi pembuat produk.

AASI menggandeng Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apparindo) tengah gencar melakukan sosialisasi mengenai hal tersebut.

Kedua, sinergi dengan semua lembaga keuangan syariah. Roni mengaku akan mengupayakan hal ini melalui Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) untuk memperluas jangkauan edukasi produk-produk asuransi syariah.

"Kami melihat jalannya [MES] lebih efektif, ketimbang sosialiasi yang dilakukan OJK yang hanya ada di kota-kota besar," lanjutnya.

Ketiga, AASI berharap adanya insentif tambahan dari pemerintah berupa kelonggaran regulasi. Ia mengatakan, pelaku industri asuransi syariah didorong untuk melakukan percepatan spin-off atau pemisahan dari induk perusahaan asuransi konvensional.

Namun, dorongan tersebut juga diikuti syarat modal awal yang menurut Roni cukup memberatkan. Mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No.5/2008 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian, jika berbentuk full fledge asuransi syariah, modal minimum yang disayaratkan adalah Rp50 miliar dan Rp100 miliar untuk perusahaan reasuransi syariah.
"[Relaksasi] Aturan main yang seperti itu kami harapkan akan men-drive kemudahan [perusahaan asuransi syariah] untuk memisahkan diri," jelasnya.

Sementara itu, Plt. Direktur Utama BNI Life Insurance Geger N Maulana sepakat bahwa peluang asuransi syariah untuk tumbuh di Indonesia terbuka lebar. Menurutnya hal itu sejalan dengan fakta bahwa banyak pesantren yang menyimpan dana di perbankan konvensional.

Ia mengaku telah berkunjung ke sejumlah pesantren di beberapa daerah untuk sosialisasi terkiat asuransi syariah. Dari hasil kunjungan tersebut, minat terhadap produk jenis ini cukup menjanjikan.

"Terutama di Jawa Timur, Jawa Barat, Makassar, dan Kalimantan juga berpotensi untuk syariahnya," ujar Geger.

Hanya saja Geger mengakui, edukasi kepada masyarakat masih menjadi pekerjaan rumah terbesar industri asuransi syariah untuk dapat bertumbuh. Selain itu, yang tak kalah penting adalah pelatihan dan sertifikasi terhadap tenaga pemasar.

"Potensi bisnisnya masih besar lah, middle class untuk muslim di pesantren juga cukup banyak," katanya.

Sementara itu, BNI Life bakal menelurkan produk unit-linked berbasis syariah baru pada tahun ini, bertajuk Hy-End Pro Syariah. Produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) berbasis syariah tersebut, adalah adaptasi dari produk konvensional yang telah sukses dipasarkan.

Produk asuransi ini, memberikan gabungan manfaat endowment, yakni manfaat meninggal dunia dan manfaat hidup, serta nilai tunai. Jalur distribusi yang diandalkan yakni bancassurance, bekerjasama dengan Bank BNI Syariah, Bank Mandiri Syariah, dan Bank Muamalat.

Adapun BNI Life berencana melakukan spin off pada 2020 dan kini masih terus menggodok persiapan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper