Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NERACA PERDAGANGAN: Surplus Maret Tembus US$1,09 Miliar

Neraca Perdagangan Maret 2018 tercatat mengalami surplus sebesar US$1,09 miliar. Surplus ini merupakan surplus pertama sejak Januari 2018.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan paparan saat konferensi pers perkembangan ekspor impor di Jakarta, Senin (15/1)./JIBI-Dwi Prasetya
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan paparan saat konferensi pers perkembangan ekspor impor di Jakarta, Senin (15/1)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA--Neraca Perdagangan Maret 2018 tercatat mengalami surplus sebesar US$1,09 miliar. Surplus ini merupakan surplus pertama sejak Januari 2018.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto menuturkan surplus ini terjadi karena adanya surplus ekspor nonmigas. Walaupun, nilainya terkoreksi oleh defisit di migas sebesar US$924,5 juta ini disebabkan oleh minyak mentah dan hasil minyak.

"Defisit pada Maret 2018 ini tercatat lebih rendah dari 2017 sebesar US$1,40 miliar, tetapi lebih tinggi dari surplus Maret 2016 sebesar US$510 juta," kata Kecuk, Senin (16/4).

Nilai ekspor Maret 2018 mencapai US$15,58 miliar atau naik 10,24% dari bulan sebelumnya.Nilai ekspor tersebut ditopang oleh ekspor nonmigas yang mencapai yang tumbuh 11,77%. Sementara itu, ekspor migas turun -3,61%. Penurunan ekspor migas ini disebabkan oleh turunnya nilai ekspor gas sebesar 9,67%.

Sementara itu, ekspor nonmigas Maret 2018 tercatat sebesar dipicu oleh pertumbuhan ekspor pertanian dan pertambangan yang meningkat masing-masing sebesar 20,01% dan 22,66% menjadi US$280 juta dan US2,78 miliar.

Peningkatan ekspor pertambangan yang signifikan ini ditopang oleh komoditas batu bara yang tumbuh 24% dan biji tembaga sebesar 36%.

Adapun, nilai impor Maret 2018 mencapai US$14,49 miliar atau naik 2,13% dibandingkan posisi Februari 2018. Kenaikan impor terjadi kenaikan impor migas dan nonmigas sebesar masing-masing 1,24% dan 2,30%.

"74,76% impor Maret ini adalah bahan baku atau penolong dan barang modal 16,94%. Dengan harapan jika impor didominasi dengan bahan baku dan barang modal akan mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Kecuk.

Sementara itu, impor barang konsumsi turun 12,80% menjadi US$1,20 miliar disebabkan berakhirnya masa impor beras pemerintah. Adapun, impor kurma mengalami 86% dibandingkan Februari 2018. Impor ini begerak seiring puasa yang akan jatuh pada Mei 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper