Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terdepresiasi, Agus Marto Minta Dunia Usaha Jangan Panik

Bank sentral mengimbau agar dunia usaha tidak panik menghadapi pelemahan rupiah. Pasalnya, momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang dalam kondisi baik.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bersiap menggelar konferensi pers terkait langkah BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, di Jakarta, Kamis (26/4/2018)./REUTERS-Willy Kurniawan
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bersiap menggelar konferensi pers terkait langkah BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, di Jakarta, Kamis (26/4/2018)./REUTERS-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank sentral mengimbau agar dunia usaha tidak panik menghadapi pelemahan rupiah. Pasalnya, momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang dalam kondisi baik.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengatakan ada tiga hal yang memperkuat momentum tersebut.

Pertama, ekonomi dunia menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,9%.

Kedua, Indonesia dalam pengelolaan ekonomi mencatat inflasi yang terjaga dalam kisaran sasaran selama tiga tahun terakhir, defisit transaksi berjalan selama dua tahun terakhir berada di kisaran 1,7%-1,8%.

Ketiga, Indonesia sedang mendapatkan kepercayaan dari dunia dan itu terlihat dari rating agency yang memberikan peringkag satu notch di atas level terendah investment grade.

Selain faktor di atas, SBN 10 tahun Indonesia juga masuk ke dalam Bloomberg Barclay Global Index.

Selain itu, neraca perdagangan kuartal I/2018 berhasil mencatat surplus sekitar US$1 miliar.

"Oleh karena itu, kita tetap harus tidak panik, dan kita tetap percaya ekonomi kita mengarah kepada kondisi yg lebih baik," kata Agus, Jumat (27/4).

Selama 1 April-26 April 2018, Agus menambahkan tekanan rupiah jauh lebih dari negara-negara di Asean.

Rupiah hanya terdepresiasi sebesar 0,88% atau lebih rendah jika dibandingkan dengan negara Asean lainnya, di mana Thailand terdepresasi sebesar -1,12%, ringgit Malaysia -1,24%, dolar Singapura 1,17%, won Korea Selatan -1,38% dan rupee India 2,4%.

Dengan demikian, Agus berharap semua pihak tidak perlu khawatir dengan dinamika nilai tukar, karena BI akan selalu ada utk menjaga stabilitas itu ada.

Sebenarnya, risiko nilai tukar dari dunia usaha Indonesia sudah tidak besar. Pasalnya, utang valas korporasi sudah berkurang. Sekalipun masih ada korporasi yang memiliki utang valas, Agus menuturkan korporasi tersebut sudah mengikuti prinsip kehati-hatian BI.

Adapun, risiko lain yang patut diperhatikan adalah risiko impor.

"Indonesia juga punya impor yang cukup besar dan impor itu ada kewajiban-kewajibam valas," kata Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper