Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Siap Perbaiki Rapor Neraca Perdagangan April 2018

Bisnis.com, JAKARTA Pemerintah mengakui rapor neraca perdagangan yang dirilis BPS hari ini akan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dengan cepat dan keras.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan saat konferensi pers realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) triwulan pertama 2018, di Jakarta, Senin (16/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan saat konferensi pers realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) triwulan pertama 2018, di Jakarta, Senin (16/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah mengakui rapor neraca perdagangan yang dirilis BPS hari ini akan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dengan cepat dan keras.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa poin hasil dari rilis neraca perdagangan BPS ini memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada pemerintah untuk kerja lebih cepat dan keras di dalam memperbaiki eksternal keseimbangan antara industri, komoditi dan daerah tujuan ekspor.

"Ini jadi PR kita, tapi kita siap untuk itu," katanya, Selasa (15/5/2018).

Dirinya mengatakan dari sisi ekspor yang pertumbuhan secara tahunan di atas 9% itu masih menunjukkan suatu tren yang sangat sehat. Sebab, selama ini pertumbuhan dari ekspor masih diharapkan untuk dipacu lebih banyak.

Menurutnya, tingkat dari pertumbuhan ekspor tentu akan jauh lebih bagus apabila ada diversifikasi dari komoditas maupun daerah tujuan. Hal inilah yang selalu menjadi tujuan para pemangku kebijakan.

"Ini yang selalu diminta oleh Bapak Presiden, para menteri untuk bisa kembangkan terutama produk-produk ekspor, manufaktur yang bisa kompetitif di dunia," ujarnya.

Sri Mulyani menambahkan adapun jika dilihat dari impornya, yang tumbuhnya sangat tinggi 34% dan itu semuanya konsumsi bahan baku dan barang modal.

Untuk itu, impor bahan baku dan barang modal momentumnya masih luar biasa tinggi.

Hal ini juga menggambarkan bahwa kebutuhan industri atau kebutuhan aktivitas ekonomi dalam negeri sangat besar. Artinya, positif interpretasinya adalah ini menunjukkan bahwa sektor produksi sedang bergerak dan mengonfirmasi impor bahan baku dan barang modal.

"Namun untuk komoditas konsumsi yang cukup tinggi di atas 30% saya harap ini sifatnya seasonal," kata mantan Direktur Bank Dunia.

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengharap ini hanya karena mendekati puasa, lebaran, dan mungkin berbagai event internasional yang kemudian menimbulkan permintaan konsumsi barang impor. Ke depan, dirinya ingin dapat lebih dikompensasi dengan eskpor yang lebih meningkat pula.

"Pemerintah akan terus meluncurkan dan terus meningkatkan apa yang disebut berbagai kebijakan untuk mengembangkan investasi dan ekspor termasuk fasilitas fiskal yang akan terus kita perbaiki," tambah Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper