Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Naikkan Suku Bunga, Simak Komentar Bos BEI

Pelaku pasar modal menilai keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sedikit terlambat.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio memberikan penjelasan mengenai kondisi pasar modal, di Jakarta, Kamis (26/4/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio memberikan penjelasan mengenai kondisi pasar modal, di Jakarta, Kamis (26/4/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku pasar modal menilai keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sedikit terlambat.

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menilai bank sentral telah kehilangan momentum terkait dengan kebijakan hal tersebut. Sebab, dampak kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) telah terasa sejak beberapa waktu lalu.

"Detik ini dampaknya sudah ada dan mungkin jangan-jangan memberatkan kalau sekarang [BI rate] naik, karena kan efeknya banyak ke perusahaan, ke publik," kata dia, Kamis (17/5/2018).

Jika tujuan menaikkan suku bunga itu untuk memperkuat posisi rupiah, menurut Tito hal itu juga terlambat karena kondisi rupiah telah turun dan sempat berada di level 14.000 per dolar AS.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menambahkan, ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan BI rate memang telah muncul sejak beberapa pekan lalu.

Dia menilai, meskipun terlambat, tetapi keputusan ini diyakini akan menguatkan Indonesia terutama nilain ukar rupiah. "Memang terlambat, tapi lebih baik dari pada tidak sama sekali," ujarnya.

Kata dia, BI telah mmelakukan intervensi pasar sejak Februari lalu. Baik intervenai langsung ke rupiah maupun intervensi melalui pembelian surat utang negara (SUN).

Namun langkah itu belum efektif sehingga pilihan terakhir adalah menaikkan suku bunga. Bahkan, Hans memprediksi ke depan bank sentral masih berpotensi menaikkan kembali suku bungaa acuan sebanyak satu atau dua kali.

"Kemungkinan ini sangat besar, apalagi kemungkinan rupiah kembali tertekan cukup besar."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Tegar Arief
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper