Bisnis.com, JAKARTA - Tekanan eksternal yang terlalu kuat membuat dosis kebijakan Bank Indonesia yang ditandai dengan kenaikan 7DRR sebesar 25 basis poin kurang begitu manjur menstabilkan nilai tukar rupiah.
Eric Alexander Sugandi, pengamat ekonomi Asia Development Bank (ADB) Institute, melihat kenaikan suku bunga BI dari 4,25% menjadi 4,5% sebenarnya sekadar memberikan sinyal kepada pasar bahwa otoritas moneter bisa mengambil langkah menaikan suku bunga.
"Kemarin naiknya sedikit, memang untuk menberikan sinyal mereka bisa menaikan suku bunga jika diperlukan," kata Eric, Senin (21/5/2018).
Menurutnya, saat ini BI harus terus melakukan intervensi ke pasar dengan terukur di pasa valas. Selain itu, sebagai langkah antisipatif, BI bisa kembali menaikan BI rate - nya sebesar 25 basis poin pada bulan depan untuk kembali melihat respons pasar.
Meski dibutuhkan intervensi dan kenaikan kembali 7DRR, bank sentral tetap harus bisa mengontrol supaya tidak naik terlalu banyak tahun ini. "Cukup 50-75 bps kalau memang mau naik lagi, istilahnya buying time sampai eksternal membaik," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel