Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Genjot Pajak Guna Tekan Defisit Anggaran

Bisnis.com, JAKARTA - Optimalisasi penerimaan negara khususnya pajak menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mencapai target defisit di bawah 2% pada 5 tahun ke depan. Pengalaman beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa penerimaan pajak menjadi salah satu parameter kesehatan anggaran.

Bisnis.com, JAKARTA - Optimalisasi penerimaan negara khususnya pajak menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mencapai target defisit di bawah 2% pada 5 tahun ke depan. Pengalaman beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa penerimaan pajak menjadi salah satu parameter kesehatan anggaran.

Data Kementerian Keuangan menyebutkan dalam 5 tahun belakangan ini defisit cenderung melebar. Pada 2013 defisit anggaran tercatat sebesar 2,2% dari produk domestik bruto, angka itu semakin melebar pada 2017 yang realisasi defisitnya mencapai 2,49%. Melebarnya defisit salah satunya disebabkan oleh penerimaan pajak yang selalu tak mencapai target.

Untuk tahun ini, pemerintah memasang target defisit anggaran sebesar 2,19%. Target ini turun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Optimisme pemerintah ini ditopang oleh keyakinan akan membaiknya kinerja penerimaan negara serta prinsip efektifitas dari aspek belanja.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Adriyanto mengatakan penggalian sumber penerimaan pajak sangat penting dilakukan. Penggalian sumber-sumber penerimaan ini dilakukan supaya target defisit bisa dijaga sesuai dengan ekspektasi.

"Kalau belanja [dasarnya] komitmen, sedangkan penerimaan pajak proyeksi. Oleh karena itu penggalian sumber penerimaan negara atau pajak menjadi penting agar target tercapai," kata Adriyanto kepada Bisnis, Senin (21/5/2018).

Adapun target penerimaan pajak dipatok sebesar Rp1.424 triliun. Angka ini berkisar 75% dari target pendapatan negara sebanyak Rp1.894,7 triliun. Dengan nilai tersebut maka pajak menempati posisi strategis dalam pengelolaan anggaran.

Otoritas fiskal sendiri sangat yakin bahwa target defisit pada 2022 bisa berada di bawah 2%. Selain perbaikan dari penerimaan pajak, kinerja anggaran makin sehat dengan berbagai kebijakan pemerintah terkait investasi dan ekspor. Meski untuk saat ini, neraca perdagangan masih tercatat defisit. Namun jika melihat jenis barang yang diimpor sebagian besar merupakan bahan baku.

Impor jenis bahan baku mengindikasikan geliat industri di dalam negeri mengalami perbaikan. Jika industri bangkit, sektor ini akan berdampak pada berbagai parameter penopang pertumbuhan perekonomian lainnya misalnya pendapatan yang implikasinya bisa mengerek daya beli.

Selain itu, berbagai paket investasi yang disodorkan pemerintah baru-baru ini juga diproyeksikan makin menambah minat para investor. Dengan bertambahnya investasi akan memperluas lapangan kerja yang ujung-ujungnya memperbaiki kinerja penerimaan pajak dan menjaga defisit pada batas aman.

"Kami fokus untuk mendorong ekspor, investasi, dan konsumsi masyarakat. Ekspor dan impor ini ini yang mendorong pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper