Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Ekspor Tumbuh Cepat, Manufaktur China Lampaui Prediksi

Indeks manufaktur resmi China mencatat kenaikan lebih dari yang diprediksi pada Mei, ditopang akselerasi pesanan ekspor.
Manufaktur China/Reuters
Manufaktur China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks manufaktur China pada Mei 2018 mencatat kenaikan lebih tinggi dari prediksi, yang ditopang oleh adanya akselerasi pesanan ekspor.

Biro Statistik Nasional China melaporkan indeks manajer pembelian (purchasing managers index/PMI) manufaktur China pada Mei 2018 naik ke level 51,9 atau lebih besar dari prediksi dalam survei Bloomberg yakni 51,4.

Adapun data PMI non-manufaktur, yang meliputi jasa dan konstruksi, naik untuk bulan ketiga berturut-turut menjadi 54,9 pada Mei dari 54,8 pada April. Seperti diketahui, angka di atas 50 menandakan adanya ekspansi. Sementara itu, data PMI untuk pesanan ekspor baru, meningkat menjadi 51,2 dari 50,7.

Dikutip dari Bloomberg, aktivitas manufaktur tetap bertahan bahkan ketika dibatasi sejumlah faktor negatif seperti utang, tensi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS), dan perselisihan politik dari Turki hingga Italia yang meredupkan prospek secara keseluruhan.

Gencatan senjata sementara antara AS dan China dalam hal perdagangan berisiko roboh, setelah Presiden Donald Trump pekan ini mengatakan bahwa AS akan memberlakukan tarif terhadap barang-barang China. Ini menjadi potensi tekanan bagi manufaktur domestik.

“Kekuatan PMI menyoroti ketahanan ekonomi saat terdapat ancaman eksternal seperti tensi perdagangan dengan AS,” kata Dariusz Kowalczyk, senior emerging market strategist di Credit Agricole SA di Hong Kong.

“Perbaikan sentimen menjadi pertanda baik untuk aktivitas dalam beberapa bulan mendatang di seluruh industri,” lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.

Dalam laporan berbeda yang dirilis hari ini, Kamis (31/5/2018), Bank Dunia mengatakan bahwa risiko eksternal untuk China telah menjadi lebih menonjol dan utang perusahaan yang tinggi adalah tantangan domestik utama.

Para ekonom bank tersebut mempertahankan perkiraan mereka bahwa ekspansi ekonomi negeri Tirai Bambu akan melambat menjadi 6,5% tahun ini.

“Data PMI yang kuat seharusnya memberi kelegaan bagi mereka yang khawatir tentang perlambatan ekonomi,” menurut Raymond Yeung, chief greater China economist untuk Australia & New Zealand Banking Group Ltd. di Hong Kong.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper