Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur BI: Pelemahan Rupiah Masih Bisa Ditoleransi

Pelemahan rupiah yang menyentuh level Rp14.000 per dolar AS masih dipandang dapat ditoleransi, dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara pasar negara berkembang lain.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA -- Pelemahan rupiah yang menyentuh level Rp14.000 per dolar AS masih dipandang dapat ditoleransi, dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara pasar negara berkembang lain.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pelemahan rupiah dari awal tahun hingga hari ini mencapai 2,3% secara year-to-date (ytd).

"Saya kira cukup tolerable dibandingkan negara lain," ujarnya, selepas acara Halal Bihalal BI, Jumat (22/6/2018).

Selain itu, pelemahan rupiah dinilai tidak berpengaruh terhadap inflasi. Menurut Perry, inflasi masih cukup rendah.

BI juga memandang suku bunga acuan di kisaran 4,75% dan tingkat inflasi sekitar 3,5%-3,6% cukup kompetitif dan menarik bagi investor. Dengan angka di atas, suku bunga riil berarti masih di kisaran 1,2%-1,3%.

Hingga Jumat (22/6) pukul 11.20 WIB, Bisnis mencatat nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 0,03% ke level Rp14.098 per dolar AS. Adapun pada penutupan perdagangan Kamis (21/6), rupiah melemah 1,22% ke level Rp14.102 per dolar AS.

Di sisi lain, perbedaan suku bunga obligasi pemerintah untuk tenor 10 tahun adalah 7,5% sedangkan obligasi US Treasury untuk tenor 10 tahun adalah 2,9%. Perbedaannya mencapai hampir 4,5%.

Dengan demikian, BI menilai selisih tersebut masih menarik bagi investor asing untuk membeli obligasi pemerintah (Surat Berharga Negara/SBN) untuk pembiayaan fiskal. Perry berkeyakinan kondisi tersebut cukup untuk mengompensasi premi risiko yang ada.

"Maka langkah preemptive lain di Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang akan datang bisa berupa kenaikan suku bunga yang akan memperbaiki pasar keuangan Indonesia menjadi semakin menarik," paparnya.

Selain itu, Perry menegaskan BI akan mengumumkan langkah relaksasi sektor perumahan, terutama bagi pembelian rumah tapak dan rumah susun pertama. Detailnya akan dipaparkan dalam RDG  pada 27-28 Juni 2018.

"Di samping itu, akan dorong investment buyer yang punya tabungan yang selama ini disimpan di bank, relaksasi ini akan memungkinkan mereka investasi di sektor perumahan. Detailnya sabar," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper