Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Siap Hadapi Potensi 5 Kali Kenaikan Fed Fund Rate

Bank Indonesia siap menghadapi kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve AS yang tersisa dua kali tahun ini dan tiga kali pada 2019
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berbicara saat konferensi pers, di Jakarta./Reuters-Willy Kurniawan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berbicara saat konferensi pers, di Jakarta./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia siap menghadapi kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve AS yang tersisa dua kali tahun ini dan tiga kali pada 2019.

Gubenur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menuturkan pihaknya akan terus memantau kondisi ini. Jika pergerakan suku bunga AS menimbulkan gejolak, BI akan mengutamakan langkah stabilisasi ekonomi, terutama nilai tukar.

"Tidak hanya suku bunga terukur, kami juga melakukan langkah stabilisasi baik intervensi di pasar valas dan kalau ada pembalikan modal asing di SBN, melalui pembelian di pasar SBN," ungkap Perry, Selasa (3/7/2018).

Selanjutnya, dia mengatakan pihaknya harus mengukur pergerakan nilai tukar rupiah secara relatif. Jika memang negara lain mengalami pelemahan, dia menuturkan tidak mungkin rupiah menguat sendiri.

Namun sejauh ini, Perry melihat pelemahan rupiah masih terkendali sehingga tidak perlu menimbulkan kepanikan. Pasalnya, BI akan selalu berada di pasar valas dan SBN untuk melakukan stabilisasi nilai tukar.

"Perlu diukur secara relatif dengan negara lain karena ini fenomena global, namun tingkat pelemahannya masih managable dan year to date masih managable," ujar Perry.

Dari data BI, pelemahan rupiah tercatat sebesar 5,6% (year to date/ytd), sementara peso Filipina sebesar 6,83%, rupee India 7,11%, rand Afrika Selatan 11,62%, lira Brazil 16,59%, dan lira Turki 20,93%.

Selanjutnya, BI melihat adanya kenaikan suku bunga acuan European Central Bank (ECB) pada semester II/2019, setelah bank sentral ini mengurangi stimulusnya.

Senior Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengungkapkan dunia akan mengalami fase penurunan likuiditas pada akhir tahun seiring dengan pengurangan stimulus oleh ECB.

"Tahun depan suku bunga AS naik, stimulus ECB sudah tidak ada dan kemungkinan ECB di semester kedua 2019 mulai menaikkan suku bunganya," ungkap Mirza.

Dengan demikian, hal ini mengkonfirmasi bahwa tren global mengarah pada pengetatan likuditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper