Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Perang Dagang, Spekulasi Investor Soal Bank Sentral Bergeser

Di tengah upaya bank-bank sentral di Asia untuk mempertahankan mata uang mereka dalam menghadapi konflik perdagangan yang meningkat dan kenaikan suku bunga AS, para pelaku pasar mulai menyesuaikan spekulasi mereka pada kebijakan bank sentral.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah upaya bank-bank sentral di Asia untuk mempertahankan mata uang mereka dalam menghadapi konflik perdagangan yang meningkat dan kenaikan suku bunga AS, para pelaku pasar mulai menyesuaikan spekulasi mereka pada kebijakan bank sentral.

Dilansir Bloomberg, pelaku pasar memangkas kembali ekspektasi untuk kenaikan suku bunga di China, Korea Selatan, Malaysia dan Taiwan karena inflasi yang berjalan lambat memberi para pembuat kebijakan kesempatan untuk melakukan pelonggaran atau menunda kenaikan suku bunga.

Pelonggaran tersebut memungkinkan negara-negara yang bergantung pada ekspor untuk menopang ekonomi di tengah meningkatnya gesekan perdagangan global. Sebaliknya, Indonesia, India, dan Filipina memiliki peluang lebih tinggi untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengimbangi pengetatan kebijakan Federal Reserve.

“Dengan pasar yang masih bergejolak, garis-garis ditarik dari negara yang mengalami deficit kembar -India, Indonesia dan Filipina-dan sisanya,” kata Eugene Leow, ahli strategi pendapatan tetap di DBS Group Holdings Ltd, seperti dikutip Bloomberg.

"China, Korea, Malaysia dan Taiwan tidak menghadapi risiko inflasi yang akan segera terjadi atau masalah pendanaan eksternal," lanjutnya.

Ekspektasi suku bunga bergeser karena Presiden AS Donald Trump menembakkan tembakan terbesar dalam perang dagang global pada hari Jumat dengan memberlakukan tarif pada barang impor China senilai US$34 miliar.

Sementara itu, pejabat Federal Reserve mengatakan ekonomi AS yang "sangat kuat" menjamin berlanjutnya kenaikan suku bunga meskipun memandang perang perdagangan yang meningkat sebagai risiko terhadap pertumbuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper