Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang di Depan Mata, Pemerintah Benahi Neraca Perdagangan

Pemerintah dihadapkan pada berbagai sentimen negatif yang mengancam pertumbuhan ekonomi, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, pengetatan suku bunga The Fed, dan defisit neraca perdagangan. Akhirnya, pemerintah pun memilih fokus pada yang bisa diantisipasi sendiri, yakni neraca perdagangan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memberikan keterangan pers usai kegiatan halalbihalal di Graha Sawala, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (21/7/2018) | Ipak Ayu H.N
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memberikan keterangan pers usai kegiatan halalbihalal di Graha Sawala, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (21/7/2018) | Ipak Ayu H.N
Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah dihadapkan pada berbagai sentimen negatif yang mengancam pertumbuhan ekonomi, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, pengetatan suku bunga The Fed, dan defisit neraca perdagangan. Akhirnya, pemerintah pun memilih fokus pada yang bisa diantisipasi sendiri, yakni neraca perdagangan.
 
Beberapa hari terakhir, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, terus menerus melakukan rapat bersama menteri-menteri yang terkait dengan aktivitas neraca perdagangan. Dia sudah memanggil Menteri Pariwisata, Menteri Perindustrian, Direktur Jendral Bea dan Cukai (DJBC) dan segera memanggil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), serta Menteri Pertanian.
 
Dia menjelaskan saat ini pemerintah tengah fokus memperbaiki kinerja neraca perdagangan. Menurutnya neraca perdagangan adalah sentimen dalam negeri yang menyebabkan kurs rupiah terus melemah terhadap dolar AS.
 
Seperti diketahui, neraca perdagangan Januari-Mei 2018 mengalami defisit US$1,52 miliar. Nilai defisit ini diperoleh dari posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$16,12 miliar atau lebih rendah dibandingkan nilai neraca impor sebesar US$17,64 miliar. 
 
"Sehingga dalam waktu tidak lama kita ingin supaya neraca perdagangan defisitnya mengecil dan kita ubah menjadi positif," ungkap Darmin di Kantornya, Jumat (6/7/2018).
 
Dia pun mengakui faktor negatif terbesar ada pada sektor minyak dan gas. Dia melihat impor sektor migas perlu segera diperlambat.
 
Ada pun impor migas Mei 2018 sebesar US$2,81 miliar atau naik 20,95% dari posisi impor April sebesar US$2,33 miliar.
 
Pemerintah akan memperbaiki neraca perdagangan dengan tiga hal, yakni pengetatan impor, penerapan substitusi impor dan mendorong kinerja ekspor.
 
Darmin menegaskan dalam menekan impor, pihaknya akan sangat berhati-hati, terutama dalam menjaga barang modal tetap masuk supaya tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi.
 
Terkait ekspor, ia berkoordinasi dengan para Menteri untuk menentukan barang ekspor apa saja yang dapat segera ditingkatkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper