Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Perlambatan, China Diminta Tambah Stimulus Fiskal

Masih ada ruang untuk dukungan kebijakan fiskal. Para pembuat kebijakan harus memperhatikan kekuatan dan ritme regulasinya, dengan mempertimbangkan dampak kebijakan tersebut terhadap perkiraan pasar.
./.Bloomberg
./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA -- Para pembuat kebijakan mulai berdebat mengenai langkah yang harus diambil untuk menghadapi pelemahan ekonomi di China. Beberapa analis meminta otoritas pemerintahan Negeri Panda supaya menambah stimulus fiskal di tengah-tengah meningkatnya risiko selisih perdagangan dengan Amerika Serikat.

Sebuah artikel dari Financial News, yang dioperasikan oleh Bank Sentral China (PBOC), mengutip analis yang meminta penyesuaian kebijakan fiskal dan pelonggaran beberapa regulasi keuangan. Menurut analis tersebut, kebijakan moneter saja tidak akan cukup untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapi korporasi.

Financial News mengutip pernyataan Ming Ming, analis di CITIC Securities, bahwa pemerintah perlu memaksimalkan efektivitas kebijakan moneter sambil melakukan koordinasi secara aktif dengan kebijakan fiskal dan regulasi.

"Masih ada ruang untuk dukungan kebijakan fiskal. Para pembuat kebijakan harus memperhatikan kekuatan dan ritme regulasinya, dengan mempertimbangkan dampak kebijakan tersebut terhadap perkiraan pasar," ujar Ming, seperti dikutip Reuters, Jumat (20/7/2018).

Adapun seiring melambatnya ekonomi China, para periset pemerintahan tengah berdebat mengenai perlunya menggunakan kebijakan fiskal untuk menghadapi dampak tensi perdagangan dengan AS. Sejauh ini, China baru melonggarkan kebijakan moneternya saja untuk menambah likuiditas ke dalam pasar.

Secara keseluruhan, pertumbuhan kredit di China telah melambat pada tahun ini akibat neraca keuangan yang tidak seimbang (dipengaruhi oleh perbankan bayangan). 

Dalam waktu bersamaan, AS dan China pun saling melemparkan tarif untuk produk masing-masing negara dan tidak memperlihatkan tanda-tanda akan merundingkan hal tersebut. Dua hal tersebut dikhawatirkan menambah risiko yang akan mendorong China masuk ke dalam krisis keuagan.

Lebih lanjut, Ming menambahkan, pemberantasan perbankan bayangan lewat pengetatan regulasi telah berhasil mengurangi risiko institusi keuangan dan menahan jumlah kredit yang mengalir ke sektor riil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Fajar Sidik
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper