Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Redam Gejolak Rupiah, Bank Sentral Intensifkan Intervensi

Bank sentral mengaku telah mengintensifkan langkah intervensi ganda dalam meredam gejolak nilai tukar rupiah.
Karyawan menghitung lembaran uang rupiah dan dolar./JIBI-Endang Muchtar
Karyawan menghitung lembaran uang rupiah dan dolar./JIBI-Endang Muchtar
Bisnis.com, JAKARTA--Bank sentral mengaku telah mengintensifkan langkah intervensi ganda dalam meredam gejolak nilai tukar rupiah.
Dalam intervensi ganda, Bank Indonesia (BI) telah menyerap SBN di pasar sekunder hingga Rp7,2 triliun. Dengan rincian, intervensi di pasar SBN sebesar Rp4,2 triliun pada Jumat (31/8) dan Rp3 triliun pada Senin (3/9).
"Kami dari BI berkomitmen untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Kami meningkatkan intensitas dari intervensi kami baik dari pasar valas maupun pembelian SBN dari pasar sekunder sejak seminggu lalu," papar Perry di DPR, Selasa (4/9).
Tidak hanya itu, Perry menegaskan pihaknya tetap melakukan lelang FX Swap dan membuka fasilitas swap hedging bagi pengusaha. 
Perry mengungkapkan minat lelang kian meningkat. "Jumat lalu, kita buka US$400 juta dan yang masuk US$835 juta dan dimenangkan US$650 juta," ungkap Perry.
Dari data BI, lelang FX Swap memang intensif dilakukan sepanjang minggu lalu, 28-31 Agustus 2018. Dari seminggu tersebut, BI berarti telah melakukan injeksi likuditas melalui instrumen lelang FX Swap total US$1,225 miliar. 
Kepada importir dan korporasi, Perry mengingatkan agar tidak terlalu terburu-buru dalam memenuhi kebutuhan dolarnya karena BI memiliki instrumen yang mencukupi. 
Dalam kesempatan ini, Perry membenarkan pernyataan Menteri Koordinasi bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan yang menilai pelemahan rupiah sudah tidak logis dan mengandung sentimen spekulan. 
"Betul apa yan disampaikan Pak Darmin dan Ibu Menkeu, kalau hitung-hitungan fundamentalnya mestinya tidak seperti itu, tidak selemah seperti ini," ungkapnya.
Rupiah menyentuh level US$14.935 pada penutupan di pasar spot, Selasa (4/9). Perry melihat pelemahan didorong oleh sentiman dari dalam dan luar negeri. 
Adapun, sentimen yang mencolok berasal dari luar negeri, yaitu krisis di Argentina dan Turki. Dari dalam negeri, BI melihat ada kepanikan korporasi dan importir dalam memenuhi kebutuhan dolarnya. 
"Kami menyampaikan kepada importir atau korporasi yang butuh dolar AS tidak perlu nubruk-nubruk, kesusu. Kami kan sudah sediakan swap," kata Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper