Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Cara Agar Tetap Cuan Meski Pasar Saham Tertekan

Agar tetap cuan saat pasar tertekan, investor mesti melakukan pengawasan secara rutin pada portofolio dari segi pergerakan harga dan sentimen-sentimen yang mempengaruhinya. Melakukan trading jangka pendek dengan disiplin penuh pada stop-loss dan target harga karena trend pergerakan yang masih cenderung bearish.
Karyawan memperlihatkan mata uang dolar AS di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam
Karyawan memperlihatkan mata uang dolar AS di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Gejolak nilai tukar masih melanda rupiah atas dolar AS. Nilai tukar rupiah berakhir ke level Rp14.938 per dolar AS, meskipun pada awal perdagangan dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,06% di posisi Rp14.826 pada perdagangan hari ini, Rabu (5/9/2018).

Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia (RELI) Lanjar Nafi menilai, masih berlanjutnya tren pelemahan rupiah dipicu adanya kekhwatiran investor asing mengenai defisit perdagangan Indonesia. 

Hal ini juga dibarengi pernyataan bangkrut dari negara berkembang yakni Argentina dan Turki. Alhasil, investor asing lebih memilih melakukan aksi jual yang membuat permintaan greenback di dalam negeri melonjak.

Tentu saja, akibat pelemahan rupiah, ada dampak langsung bagi perusahaan dan pengusaha. Dampak negatif, terutama bagi usaha industri yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS dan bahan baku produksi impor.

Sikap yang mulai diperhatikan untuk investor, kata Lanjar, agar lebih memperhatikan sisi utang perusahan yang akan menjadi target investasi dan bahan baku produksi. 

“Namun berkebalikan untuk perusahan industri ekspor yang akan lebih diuntungkan akibat pelemahan rupiah karena sisi penjualannya akan lebih tinggi jika dikonversikan dari USD ke rupiah pada laporan keuangan mereka,” ujar Lanjar dalam rilisnya, Rabu  (5/9/2018).

Untuk investor ritel, dengan pelemahan rupiah, juga mesti cermat.  Karena pelemahan rupiah akan berdampak cukup signifikan pada ekuitas atau aset yang berisiko lebih besar dari instrumen utang. Juga, akan mengoreksi keuntungan dari investasi. 

Lanjar menyarankan agar investor ritel untuk melakukan trading pada ekuitas dengan memanfaatkan pola teknikal rebound pada trend bearish /trading jangka pendek ketimbang mengalokasikan dana jangka panjang untuk membeli saham yang sudah turun. Karena penurunan bisa terus terjadi seiring pelemahan nilai tukar rupiah.

PENGAWASAN RUTIN

Agar tetap cuan saat pasar tertekan, investor mesti melakukan pengawasan secara rutin pada portofolio dari segi pergerakan harga dan sentimen-sentimen yang mempengaruhinya. Melakukan trading jangka pendek dengan disiplin penuh pada stop-loss dan target harga karena trend pergerakan yang masih cenderung bearish

“Juga memperhatikan volume psikologis trading suatu harga dimana terjadinya jenuh dalam penjualan menjadi signal teknikal rebound dan jenuh dalam pembelian akan menjadi signal aksi profit taking,” imbuh Lanjar.

Dengan pelemahan rupiah, dari sisi return juga bakal berpengaruh. Realitasnya di Indonesia pergerakan ekuitas atau aset beresiko akan berjalan seiringan dengan nilai tukar di Indonesia yang sebagian besar perusahaan industrinya masih melakukan impor untuk produksi ketimbang produksi untuk ekspor. 

Investor asing, pun akan cenderung bersikap waspada akan depresiasi rupiah yang juga menimbulkan depresiasi aset mereka jika di konversikan ke US$. Terlebih isu kebangkrutan beberapa negara berkembang yang terus menjadi topik pembicaraan ditengah ekspansinya ekonomi di AS yang lebih cepat dapat menarik investor kembali ke sana.

Menurut Lanjar, langkah Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang akan fokus stabilisasi rupiah prioritas utama, sudah cukup tepat guna meredam pelemahan rupiah.

Hanya saja aksi jual investor asing yang membuat permintaan US$ meningkat tidak terbendung setelah adanya aksi jual besar-besaran negara berkembang seperti Turki dan Argentina yang mengakibatkan ancaman kebangkrutan atau krisis ekonomi di negara tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper