Bisnis.com, SURABAYA - Bank Mandiri mengaku lebih konsentrasi terhadap suku bunga yang selama ini lebih disoroti oleh masyarakat ketimbang adanya tekanan nilai tukar rupiaj terhadap dolar AS.
CEO Bank Mandiri Region VIII Surabaya, R. Erwan Djoko mengatakan sejak kenaikan dolar, dalam 3 hari ini nyaris di Bank Mandiri tidak ada yang melakukan jual dan beli valuta asing.
"Mungkin 3 bulan lalu banyak yang jual dan beli dolar di Bank Mandiri, waktu ada kenaikan, tapi 3 hari ini kosong dan prosentase orang jual beli dolar tidak signifikan," katanya di sela-sela Pameran Properti Bank Mandiri, Kamis (6/9/2018).
Dia mengatakan justru bagi bank saat ini konsentrasinya adalah masalah suku bunga yang naik dan masyarakat harus menyesuaikannya.
"Jadi untuk bank itu concern pada masyarakat, sehingga kita mencoba menggunakan suku bunga semula untuk program KPR selama pameran ini misalnya dengan bunga 5,88% fixed 3 tahun atau 6,5% fixed 5 tahun," imbuhnya.
Erwan menambahkan, dengan menyiapkan program KPR dengan suku bunga yang menarik diharapkan dapat menggairah pasar dan menggerakkan perekonomian meski kondisi rupiah melemah.
"Melalui pameran properti ini kita mau menunjukkan kepada masyarakat bahwa ekonomi terus bergerak, sektor properti tetap antusias," imbuhny.
Dia menambahkan, Bank Mandiri sendiri menargetkan penyaluran KPR bisa tumbuh 10% atau di atas pertumbuhan sektor properti itu sendiri yang hanya rerata sekitar 8% - 9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel