Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KABAR PASAR 13 SEPTEMBER: Berburu Cuan Obligasi Ritel, Posisi Korsel Bisa Masuk 3 Besar

Sejumlah berita menjadi topik utama media massa nasional hari ini, Kamis (13/9/2018), di antaranya mengenai perburuan investasi dengan return tinggi serta minat investasi Korea Selatan di Indonesia.
Obligasi Ritel Indonesia/Istimewa
Obligasi Ritel Indonesia/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah berita menjadi topik utama media massa nasional hari ini, Kamis (13/9/2018), di antaranya mengenai perburuan investasi dengan return tinggi serta minat investasi Korea Selatan di Indonesia.

Berikut ringkasan berita utama di media massa hari ini:

Berburu Cuan Obligasi Ritel. Di tengah kondisi pasar modal yang tertekan, pemodal mengalihkan investasinya pada instrumen yang lebih aman dan memberikan return tinggi seperti produk saving bonds retail (SBR). (Bisnis Indonesia)

Penanaman Modal Asing Langsung, Posisi Korea Bisa Masuk 3 Besar. Melihat minat investasi Korea Selatan yang meningkat, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yakin peringkat investasi Korea Selatan akan kembali meningkat ke posisi tiga besar. (Bisnis Indonesia)

Penyaluran Dana Desa Mencapai 55%. Dana desa yang mengalir ke rekening umum desa (RKUDes) per 8 September 2018 telah mencapai Rp33 triliun atau sekitar 55% dari total anggaran dana desa yang tercantum di dalam APBN 2018 sebesar Rp60 triliun. (Bisnis Indonesia)

Efek Rupiah Menekan Harga Obligasi Negara. Ekonomi Indonesia memang masih solid. Sejumlah lembaga keuangan dan kalangan pebisnis pun optimistis, gejolak rupiah saat ini sekadar riak ekonomi Tanah Air, dan bukan pertanda krisis ekonomi mengerikan seperti dua dekade lalu. (Kontan)

Fundamental Oke, Risiko Krisis Indonesia Lebih Mini. Tekanan terhadap perekonomian Indonesia datang bertubi-tubi dari sisi eksternal. Akibatnya nilai tukar rupiah sempat menembus titik terlemah sejak krisis moneter 1998, yakni di level 15.000 per dollar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu. (Kontan)

Utang Valas Tunggu Pasar Kondusif. Strategi pembiayaan pemerintah untuk menutup defisit anggaran belanja tahun 2019 berubah. Karena pasar tidak kondusif, pemerintah mengaku tidak akan menerbitkan surat berharga negara (SBN) valuta asing (valas) pada akhir tahun ini untuk kebutuhan awal tahun depan alias pre funding. (Kontan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper