Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Ekonomi Global Diyakini Tetap Kuat

Sepanjang tahun berjalan, pertumbuhan ekonomi global telah acap kali menerima ancaman. Mulai dari eskalasi tensi dagang, penguatan dolar AS, hingga aksi jual di negara pasar berkembang (emerging market).
Ilustrasi./.Reuters
Ilustrasi./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang tahun berjalan, pertumbuhan ekonomi global telah acap kali menerima ancaman. Mulai dari eskalasi tensi dagang, penguatan dolar AS, hingga aksi jual di negara pasar berkembang (emerging market).

Sebagian besar pihak berpendapat bahwa risiko-risiko tersebut dapat mengancam laju ekspansi pemulihan ekonomi global, setelah krisis melanda pada 2008.

Namun demikian, ekonom-ekonom di Wall Street tetap dengan perkiraan pertumbuhan ekonominya, bahwa saat ini ekonomi dunia masih menikmati pertumbuhan terkuat sejak sedekade krisis keuangan.

Adapun penopangnya berasal dari program pemangkasan pajak dari Pemerintahan AS yang berhasil menggairahkan perekonomian Negeri Paman Sam. Selain itu, China yang terkena perlambatan ekonomi akibat kampanye deleveraging dari pemerintah juga telah mulai mengambil langkah untuk mencegah perlambatan lebih lanjut.

Selanjutnya, pertumbuhan yang solid diharapkan dapat melonggarkan ketegangan investor yang telah menyebabkan gejolak di emerging market dan menaikkan imbal hasil obligasi pemerintah.

Sejauh ini, Indeks MSCI Emerging Market untuk saham telah anjlok hingga lebih dari 13% sementara indeks S&P 500 menguat sekitar 8%.

JPMorgan Chase & Co. memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berada di level 3,8% pada 2018 dan 3,6% pada 2019.

Menurut Bruce Kasman, Kepala Ekonom JPMorgan Chase&Co., secara keseluruhan pasar negara maju masih berada di dalam jalur pertumbuhan di atas potensial.

“Kendati outlook-nya konstruktif, risiko tetap condong ke bawah (downside),” tulisnya lewat laporan, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (13/9/2018).

Senada, Chief International Economist di Deutsche Bank Group AG Torsten Slok menilai risiko yang condong ke bawah tersebut, yang diakibatkan oleh krisis di emerging market dan tensi geopolitik, sejauh ini masih dapat dikendalikan

“Rilis data ekonomi dari AS memperlihatkan bahwa momentum pertumbuhan masih berlanjut. Begitu juga data ekonomi Zona Euro, mulai membaik akhir-akhir ini,” ungkapnya. 

Bahkan menurutnya, dampak negatif dari tarif-tarif yang diberlakukan AS dapat tersingkir dalam beberapa kuartal ke depan. Artinya, dampak negatif tarif yang dikhawatirkan bisa merusak pertumbuhan ekonomi global pun semakin terbatas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper