Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Tunggu Kebijakan Bank Sentral Afrika Selatan dan Brasil

Investor tengah mengukur keputusan bank sentral di beberapa negara pasar berkembang (emerging market) pekan ini, khususnya di negara-negara yang terkena pukulan keras akibat gejolak pasar keuangan.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Investor tengah mengukur keputusan bank sentral di beberapa negara pasar berkembang (emerging market) pekan ini, khususnya di negara-negara yang terkena pukulan keras akibat gejolak pasar keuangan.

Pekan lalu, Turki dan Rusia mengejutkan trader dengan menaikkan suku bunganya. Bank Sentral Turki mengerek suku bunga sebesar 625 bps menjadi 24%. Sementara itu, Rusia  juga menaikkan suku bunganya ke 7,5%, atau kenaikan suku bunga pertama sejak 2014.

Adapun kini, Bank Sentral Afrika Selatan pada Kamis (20/9/2018) diperkirakan bakal mengikuti jejak Turki dan Rusia karena mata uang rand telah jatuh ke level terendahnya dalam dua tahun. 

 

Begitu pula Brazil, juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Rabu (19/9/2018) karena mata uang real telah menjadi mata uang berperforma terburuk dan berada hanya satu level di atas peso Argentina.

“Tekanan untuk menaikkan suku bunga menguat di Brasil dan Afrika Selatan, mata uang keduanya telah anjlok pada tahun ini,” kata Per Hammarlund, Chief Emerging-Market Strategist di SEB AB, Stockholm, Swedia, seperti dikutip Bloomberg, Senin (17/9/2018).

Kendati demikian, tambah Hammarlund, Bank Sentral Brazil kemungkinan dapat pula menahan suku bunga di level 6,50% karena inflasinya bergerak moderat pada Agustus. 

Berbeda dengan inflasi yang melaju di Afrika Selatan pada Juli, bank sentralnya berpeluang menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 6,75%.

Adapun kondisi emerging market telah membaik pekan lalu disebabkan oleh Bank Sentral Turki yang menaikkan suku bunga lebih tinggi ketimbang yang diperkirakan pasar dan Rusia mengetatkan kebijakan moneter untuk pertama kalinya dalam 4 tahun terakhir.

Akan tetapi, trader opsi tetap menilai bearish untuk mata uang lira Turki dalam beberapa pekan ke depan. 

Pasalnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali menegaskan pendapatnya bahwa suku bunga tinggi tidak akan dapat memperlambat inflasi dan pengetatan moneter kali ini tidak untuk selamanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper