Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Fluktuasi, NPL Masih Terkendali

Direktur Strategi dan Keuangan PT CIMB Niaga Tbk. Wan Razly menyatakan, meskipun rupiah terdepresiasi, kualitas kredit perseroan masih terjaga dengan baik. Hal itu terlihat dari rasio NPL yang justru mengalami perbaikan.
Nasabah melakukan transaksi perbankan di galeri Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, Jawa Barat, Senin (3/9/2018)./JIBI-Rachman
Nasabah melakukan transaksi perbankan di galeri Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, Jawa Barat, Senin (3/9/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Strategi dan Keuangan PT CIMB Niaga Tbk. Wan Razly menyatakan, meskipun rupiah terdepresiasi, kualitas kredit perseroan masih terjaga dengan baik. Hal itu terlihat dari rasio NPL yang justru mengalami perbaikan.

“CIMB Niaga menilai kualitas aset masih terkendali di mana rasio NPL kami per Juni 2018 berada di level 3,39%, atau lebih baik 50bps dari posisi Juni 2017,” katanya kepada Bisnis, pekan lalu.

Menurutnya, perseroan masih memiliki likuiditas valas yang cukup longgar. Hal itu tersermin dari loan to deposit ratio (LDR) valas CIMB Niaga yang tercatat pada 68%. Dengan demikan, menurutnya, perseroan optimistis dapat menjaga kinerja positif sampai akhir tahun

“Kami juga memiliki standby support dari CIMB Group terkait likuiditas valas, yang sewaktu-waktu bisa digunakan jika diperlukan,” tambahnya.

Sampai dengan pertengahan tahun ini, perseroan mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp1,8 triliun per semester I/2018, atau naik 28,1% secara tahunan, yang ditopang kenaikan pendapatan nonbunga dan penurunan pencadangan.

Dari sisi aset, bank swasta terbesar kedua di Indonesia tersebut mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,6% secara tahunan, menjadi Rp260,1 triliun. Adapun jumlah kredit mencapai Rp185,7 triliun, naik 7,6% dibandingkan dengan periode sebelumnya.

OUTLOOK STABIL

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyampaikan industri perbankan memiliki outlook yang cukup stabil sampai dengan akhir tahun 2018. Meski demikian, kenaikan pada suku bunga acuan serta pengetatan pada likuiditas perbankan akan memperlambat pertumbuhan bank jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu.

Analis Pefindo Danan Dito mengatakan secara umum kondisi kinerja perbankan dari segi kecukupan modal (CAR), net interest margin (NIM), dan rasio NPL masih cukup stabil. Namun, diperkiraka akan ada penurunan yang terjadi pada rasio NIM dan penurunan kualitas aset dari segi NPL. "Pertumbuhan kredit tahun ini akan bergerak stagnan. Dampak penurunan juga akan dirasakan lebih dalam oleh bank yang bisnisnya tidak terdiversfikasi," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, pekan lalu.

Lebih lanjut, Danan menyampaikan, outlook emiten perbankan pada 2019 dari segi kenaikan suku bunga kredit masih akan melalui masa penyesuaian atau lag period.

Namun Pefindo memastikan biaya dana perbankan akan naik seiring dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.

Di sisi lain, Danan memperkirakan rating emiten perbankan secara industri akan terus berada pada posisi stabil dan tidak akan mengalami dampak perlambatan yang sama dengan kinerja rasio keuangan tahun ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper