Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ADB: Fundamental Indonesia Solid

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia, perekonomian terbesar di Asia Tenggara, diperkirakan masih akan tetap kuat tahun ini dan tahun depan di tengah sejumlah hambatan global.
Logo Asian Development Bank (ADB)./Bloomberg-Nana Buxani
Logo Asian Development Bank (ADB)./Bloomberg-Nana Buxani
Bisnis.com, JAKARTA--Pertumbuhan ekonomi di Indonesia, perekonomian terbesar di Asia Tenggara, diperkirakan masih akan tetap kuat tahun ini dan tahun depan di tengah sejumlah hambatan global.
Asian Development Outlook (ADO) 2018 edisi pembaruan dari Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan Indonesia pada tahun ini mencapai 5,2% dan 5,3% pada 2019. 
Winfried Wicklein, Kepala Perwakilan ADB di Indonesia, menuturkan pihaknya masih melihat fundamental perekonomian Tanah Air yang solid, dengan prospek pertumbuhan yang baik dan inflasi masih terkendali.
Selain itu, ADB melihat posisi fiskal masih terkelola dengan baik dan sejumlah langkah telah diambil guna menjaga stabilitas.
"Walaupun pertumbuhan ekspor mungkin melambat dalam jangka pendek, permintaan domestik masih akan bertahan, bahkan jika kebijakan moneter digunakan untuk memitigasi tekanan eksternal dan mendorong stabilitas," papar Winfried, Rabu (26/09).
Di sisi lain, ADB memperkirakan pengeluaran rumah tangga diproyeksikan akan tumbuh dengan stabil. 
"Naiknya pendapatan yang dibarengi dengan pertumbuhan lapangan kerja dan pengeluaran terkait pemilihan umum akan membantu mempertahankan konsumsi," ungkap Winfried. 
Pengeluaran rumah tangga juga akan terbantu oleh harga yang stabil, dengan prakiraan inflasi rata-rata sebesar 3,4% pada 2018 dan 3,5% pada 2019.
Sementara itu, investasi swasta akan diuntungkan dengan terus diperbaikinya lingkungan usaha, termasuk pembenahan infrastruktur, peningkatan logistik, dan penyederhanaan peraturan. 
Adapun, belanja pemerintah untuk infrastruktur diyakini masih akan bertahan pada tahun ini dan tahun depan, dengan beberapa proyek besar yang dijadwalkan akan selesai.
Dengan investasi yang lebih kuat dan pertumbuhan ekonomi yang mulai melaju, ADB melihat defisit transaksi berjalan akan melebar ke 2,6% dari PDB baik pada tahun ini maupun tahun depan. 
Sementara itu, kebijakan fiskal masih tetap dijalankan dengan hati-hati, dengan defisit anggaran yang rendah dan utang pemerintah sebesar 30% dari PDB.
Laporan ADB ini mencatat bahwa di tengah ketidakpastian perekonomian global, termasuk ketegangan perdagangan internasional dan pengetatan moneter di Amerika Serikat, kebijakan efektif yang menyeimbangkan pertumbuhan dengan stabilitas sangatlah penting.
“Indonesia perlu melanjutkan upayanya dengan mengambil langkah-langkah untuk mendorong prospek jangka menengah dan panjang bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menguntungkan semua penduduk Indonesia,” kata Winfried.
Namun, hal ini akan memerlukan investasi besar dan percepatan infrastruktur utama, perbaikan pendidikan dan keterampilan, serta reformasi ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper