Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akuisisi Bank Muamalat: Tawaran Tahir Rp5 Triliun Ditolak

Pemilik Mayapada Group, Tahir, diketahui menawarkan dana Rp5 triliun untuk membeli 100% saham PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Namun, tawaran itu mendapatkan resistensi dari pemegang saham.
Profil Bank Muamalat./Bisnis-Radityo Eko
Profil Bank Muamalat./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA — Pemilik Mayapada Group, Tahir, diketahui menawarkan dana Rp5 triliun untuk membeli 100% saham PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Namun, tawaran itu mendapatkan resistensi dari pemegang saham.

Akusisi Bank Muamalat menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Kamis (27/9/2018). Berikut laporannya.

Tahir yang memiliki nama lahir Ang Tjoen Ming dikabarkan maju menjadi investor strategis saat konsorsium perusahaan investasi Lynx Asia, Arifin Panigoro, dan Ilham Habibie tengah melakukan proses uji tuntas (due dilligence) pada penawaran saham terbatas (rights issue).

“Dia sudah ketemu dengan OJK dan IDB . Dia ingin menjadi strategic investor. Sudah mengajukan surat juga,” ujar sumber Bisnis, Rabu (26/9/2018).

Menantu taipan Mochtar Ria­­dy, pendiri Lippo Group itu menawarkan dana sebesar Rp5 triliun dalam beberapa skema. Pertama, berupa penyuntikan modal langsung sebesar Rp2 triliun. Kedua, dalam bentuk surat berharga subdebt sebesar Rp2 triliun. Ketiga, line credit Rp1 triliun di pasar uang.

Dengan tawaran itu, Tahir yang juga memiliki PT Bank Mayapada Internasional Tbk., ingin menjadi pemegang saham pengendali, yakni 100%. Pemegang saham existing tidak hanya terdelusi, tetapi kepemilikan sahamnya menjadi nol.

Saat dimintai konfirmasi, Tahir tidak membantah mengenai rencana tersebut. Namun, dia membantah bila ingin menjadi pemegang saham pengendali. “Saya hanya membantu, bukan memiliki,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (26/9).

Mengenai besaran dana yang akan dikucurkan, dia enggan menjawab. “Tolong tanyakan Pak Ilham . Beliau yang paling tahu. Beliau yang memimpin konsorsium.”

Bisnis mencoba meminta konfirmasi ke Ilham Habibie, tetapi yang bersangkutan tidak merespons hingga berita ini diturunkan. Ilham sendiri berbeda kongsi dalam aksi korporasi ini, meskipun sempat dikabarkan, Tahir hendak bergabung dengan konsorsium anak Presiden ke-3 RI B.J. Habibie.

Rencana Tahir untuk mengambil alih Muamalat itu mendapat resistensi dari pemegang saham, baik pemilik mayoritas, seperti IDB, dan pemilik minoritas.

Andre Mirza Hartawan, selaku pemegang 1,66% saham Muamalat, menyatakan keberatan dengan skema yang ditawarkan Tahir karena akan menghilangkan kepemilikan saham existing.

“Tentunya usulan Pak Tahir akan sulit kami terima walaupun sekarang Muamalat sedang membutuhkan tambahan modal. Kalau Pak Tahir, misalnya masuk dengan Rp2 triliun, lalu saham existing dianggap 0 atau negatif, tentunya ini tidak bisa diterima.”

Menurut Andre, Muamalat masih memiliki potensi di pasar sehingga harus benar-benar dicari investor yang membeli saham baru dengan nilai nominal (par value) tanpa merugikan pemegang saham existing, terutama yang minoritas. “Dengan demikian, walaupun pemegang saham existing terdilusi dalam persentase, nilai saham tidak turun,” tegasnya.

Hal serupa disampaikan mantan Dirut Muamalat yang juga pemegang saham ritel, Zainulbahar Noor. Menurutnya, sangat wajar apabila ada tawar-menawar dalam transaksi pembelian saham. Namun, calon investor tidak pantas menawar harga saham sebesar nol.

“Penilaian terhadap Bank Mua­malat harus tidak semata-mata dari kondisi operasional dan keuangannya tetapi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.”

Dia berharap calon investor adalah muslim yang mengerti semangat pendirian Bank Mua­malat, tidak melupakan peran IDB yang membantu saat krisis, memiliki komitmen dalam mengembangkan ekonomi syariah, serta tidak menimbulkan kekhawatiran dan dampak negatif bagi bank dan masyarakat umum.

PERAN OJK

OJK dikabarkan menjadi fasilitator untuk mendorong Tahir menjadi investor Muamalat. Bahkan, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso diketahui sempat bertemu dengan Ma’ruf Amin, Ketua Dewan Pengawas Syariah Muamalat, untuk merealisasikan rencana tersebut.

Otoritas pun sempat berkirim surat ke Muamalat untuk segera menentukan investor strategis. Wimboh tidak merespons saat dimintai konfirmasi mengenai kabar tersebut. Begitu juga Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I Boedi Armanto.

“Pengawasannya Pak Soekro ,” katanya. Soekro tak merespons pesan yang dikirimkan Bisnis.

Tahir sendiri sempat menyatakan eksekusi rencana itu tinggal menunggu instruksi OJK. “Terserah OJK, kalau diminta kami ok saja,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (23/9).

Selain investor strategis, OJK juga meminta transaksi tukar guling aset bermasalah dengan surat berharga (swap aset) yang difasilitasi Lynx Asia dibatalkan, dan harus dilakukan perbaikan pencatatan.

Padahal setelah melakukan swap aset, konsorsium Lynx Asia akan menjadi investor dalam penawaran saham terbatas dengan menyetorkan dana segar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper