Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Makin Keok, Darmin Sebut Dampak Perang Dagang Kian Ruwet

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai bahwa tertekannya kondisi rupiah saat ini lantaran sebagai dampak dari kondisi perang dagang antara Amerika Serikat - China yang semakin ruwet hingga menyebar ke banyak sektor.
Karyawan menghitung uang rupiah di sebuah money changer di Jakarta, Selasa (4/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan
Karyawan menghitung uang rupiah di sebuah money changer di Jakarta, Selasa (4/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai bahwa tertekannya kondisi rupiah saat ini lantaran sebagai dampak dari kondisi perang dagang antara Amerika Serikat - China yang semakin ruwet hingga menyebar ke banyak sektor.

 "Ekonomi Amerika ini entah bagaimana itu memang bagus. Heran kita. Jadi ekonomi Amerika memang bagus, itu satu. Kedua, kelihatannya perang dagang ini sudah enggak bisa di rem, ini akan jalan dan makin ngena," ujarnya di Kementerian Keuangan, Jumat (5/10).

Menurutnya saat ini, masing masing negara yang terlibat perang dagang tersebut, yakni Amerika Serikat dan China mulai mengembangkan berbagai strategi yang semakin bercabang.

"Sehingga untuk nariknya agak susah, supaya berhenti udah susah. Perlu waktulah. Ini akan terus jalan, sehingga situasi ini, ketidakstabilan global itu enggak bisa dihindari itu akan jalan terus," terangnya.

Bahkan, Opung - panggilan akrab Darmin, menilai kondisi perang dagang antara Amerika Serikat dan China tersebut masih akan berlangsung lebih lama dari perkiraan yang semula diproyeksikan hanya akan berlangsung sampai pada kuartal I tahun depan, bakal lebih panjang lagi.

"Malah kalau tadinya dibilang paling Q1 tahun depan, kayaknya enggak. Artinya uncertain-nya masih akan lama, masih akan jalan, karena perang dagangnya bukan makin reda, justru mereka makin variatif, makin dikembangkan macam macam cara," ujarnya.

Menurutnya bahwa kondisi perang dagang antara negara itu yang semula hanya soal pengenaan tarif, akan tetapi kini sudah mulai melebar kepada hal-hal yang lain. 

"Jadi tidak sekedar kenakan tarif, tadinya kan cuma gitu. Sekarang sudah mulai ada cara aku mau kasih turunkan tarif dari yang lain, ada yang bilang aku mau bikin perjanjian baru dengan ini dan dari kamu saya kurangin. Jadi semakin runyem, semakin ruwet," ujarnya.

Namun demikian, melihat kondisi tersebut, pemerintah juga sedang menanti kebijakan seperti apakah yang akan diambil Presiden AS Donald Trump pasca Pemilu Sela (Midterm Election) di Negeri Paman Sam kini.

"Tapi kalau kita lihat mid term election selesai, apa Trump masih begitu, itu kita belum tahu," ujarnya.

Atas hal tersebut, pemerintah pun harus menyiapkan langkah-langkah strategis untuk jangka menengah dan tidak lagi sekedar jangka pendek. "Apa saja itu? Ya tunggu saja kita akan jelaskan nanti," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper