Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eksekutif Bank Sentral Asia Sepakat Fintech Dorong Pertumbuhan Inklusi Keuangan

Sejumlah eksekutif bank sentral di Asia mengakui besarnya potensi teknologi keuangan untuk meningkatkan pertumbuhan inklusi keuangan.
Presiden Joko Widodo berfoto bersama dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur BI Perry Warjiyo, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, dalam Bali Fintech Agenda di Annual Meeting IMF-World Bank 2018, Kamis (11/10/2018)/Rinaldi Mohammad Azka
Presiden Joko Widodo berfoto bersama dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur BI Perry Warjiyo, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, dalam Bali Fintech Agenda di Annual Meeting IMF-World Bank 2018, Kamis (11/10/2018)/Rinaldi Mohammad Azka

Bisnis.com, BADUNG, Bali—Sejumlah eksekutif bank sentral di Asia mengakui besarnya potensi teknologi keuangan untuk meningkatkan pertumbuhan inklusi keuangan.

Di sisi lain, hampir semua bank sentral menyadari risiko yang ditimbulkan oleh teknologi keuangan atau financial technology (FinTech).

Teknologi baru seperti mobile banking, big data, dan jaringan transfer peer-to-peer memang berhasil memperluas jangkauan layanan keuangan kepada orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank atau tidak terjangkau bank sehingga meningkatkan pendapatan dan standar hidup.

Namun, teknologi keuangan juga membawa risiko penipuan siber, keamanan data, dan pembobolan privasi. Disintermediasi layanan FinTech atau konsentrasi layanan di antara beberapa penyedia juga dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan.

Semua hal tersebut dan persoalan-persoalan lainnya dibicarakan dalam Dialog Kebijakan Tingkat Tinggi Mengenai Kerja Sama Kawasan untuk Mendukung Inovasi, Inklusi, dan Stabilitas di Asia (High-Level Policy Dialogue on Regional Cooperation to Support Innovation, Inclusion, and Stability in Asia), yang diadakan oleh Asian Development Bank (ADB), Bank Indonesia, dan Kantor Riset Makroekonomi ASEAN+3 (ASEAN+3 Macroeconomic Research Office - AMRO).

Panel dialog terdiri dari Deputi Gubernur National Bank of Cambodia Neav Chanthana; Deputi Gubernur Bangko Sentral ng Pilipinas Diwa Guinigundo, Presiden dan CEO Women’s World Banking Mary Ellen Iskenderian, Direktur Pengelola Monetary Authority of Singapore Ravi Menon, Presiden ADB Takehiko Nakao, Deputi Gubernur Bank Negara Malaysia Abdul Rasheed dan Gubernur Bank of Thailand Veerathai Santiprabhob.

Presiden ADB Takehiko Nakao mengatakan teknologi keuangan baru yang menyebar dengan begitu cepat adalah teknologi yang sangat menjanjikan untuk inklusi keuangan.

“Kita harus mendorong lingkungan yang memungkinkan teknologinya berkembang serta memperkuat kerja sama kawasan guna membangun standar peraturan dan sistem pengawasan yang harmonis demi mencegah pencucian uang internasional, pendanaan teroris, dan kejahatan siber,” papar Nakao.

Sementara itu, Direktur AMRO Junhong Chang menilai teknologi adalah pemberdaya yang menghubungkan perekonomian dan sistem keuangan yang tak hanya menyebarkan manfaat, tetapi juga risiko, melintasi batas negara.

“Mengingat pesatnya pertumbuhan perekonomian di Asia Timur, para pembuat kebijakan perlu memahami dan mengelola dampak teknologi di dalam sistem keuangan kita demi mempertahankan stabilitas keuangan," ujar Chang.

Pasar Potensial

Dalam sambutan pembukaan, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan Asia, termasuk Indonesia, merupakan tempat ideal bagi teknologi finansial untuk berkembang.

Pasalnya, Indonesia memiliki lebih dari seperempat juta masyarakat yang tersebar di ribuan pulau, menunggu untuk terintegrasi dengan teknologi baru; struktur demografi muda, dengan semangat untuk memasuki dunia digital masa depan; lebih dari 50 juta UMKM yang tak sabar menanti untuk terlibat dalam e-commerce; masyarakat baru yang didorong oleh kelompok kelas menengah yang dinamis dan demokratis, yang memandang ekonomi digital sebagai sesuatu yang tak terhindarkan, seperti layaknya evolusi.

Forum ini juga menyoroti kondisi Asia yang mengalami pertumbuhan perekonomian tinggi dalam beberapa tahun terakhir, tetapi sektor keuangan masih tertinggal di sejumlah negara.

Kurang dari 27% orang dewasa di kawasan Asia yang sedang berkembang sudah memiliki rekening bank, jauh di bawah median global sebesar 38%.

Sementara itu, hanya 84% dari perusahaan di kawasan ini sudah memiliki rekening giro atau tabungan, setara dengan Afrika tetapi ketinggalan dari Amerika Latin yang mencapai 89% dan 92% di emerging Europe (kawasan Eropa Tengah dan Timur).

Oleh sebab itu, BI memandang inklusi keuangan dapat ditingkatkan melalui kebijakan yang mendorong inovasi keuangan, dengan meningkatkan literasi keuangan, serta dengan memperluas dan meningkatkan infrastruktur dan jaringan digital. 

Tidak lupa, hal ini membutuhkan peraturan untuk mencegah kegiatan ilegal, meningkatkan keamanan siber, dan melindungi hak dan privasi konsumen, juga akan membangun keyakinan terhadap teknologi keuangan yang baru.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Rahayuningsih
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper